Ahad 30 Jan 2022 18:03 WIB

Epidemiolog tak Kaget Subvarian Omicron BA.2 Sudah Ada di Indonesia

Sebelumnya, menkes mengonfirmasi bahwa sub varian Omicron BA.2 sudah ada di Indonesia

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Warga beraktivitas di Jalan Dalem Kaum, Kota Bandung, Sabtu (29/1/2022). Berdasarkan data dari Global Initiative On Sharing All Influenza Data (GISAID) hingga Jumat (28/1/2022), kasus Covid-19 varian Omicron (B.1.1.529) di Indonesia telah mencapai 1.875 kasus. Dengan jumlah tersebut, Indonesia berada di salah satu urutan tertinggi kasus Omicron di Asia Tenggara. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Warga beraktivitas di Jalan Dalem Kaum, Kota Bandung, Sabtu (29/1/2022). Berdasarkan data dari Global Initiative On Sharing All Influenza Data (GISAID) hingga Jumat (28/1/2022), kasus Covid-19 varian Omicron (B.1.1.529) di Indonesia telah mencapai 1.875 kasus. Dengan jumlah tersebut, Indonesia berada di salah satu urutan tertinggi kasus Omicron di Asia Tenggara. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Subvarian omicron yang dijuluki 'Son of Omicron', yaitu BA.2, disebut sudah ada di Indonesia. Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengaku tak kaget varian ini sudah masuki Tanah Air karena keterbatasan Indonesia dalam mendeteksi mutasi virus melalui pengurutan keseluruhan genom (whole genome sequencing/WGS).

"Ini bisa terdeteksi dengan tes polymerase chain reaction (PCR) kemudian di WGS. Banyak negara mendeteksi, sedikitnya 40 negara dan di Indonesia sudah ada," ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (30/1/2022).

Baca Juga

Bahkan, dia melanjutkan, ada 28 mutasi berbeda dari subvarian BA.2. Jadi, dia menambahkan, kalau disebut BA.2 sudah ada di Indonesia tidak perlu merasa aneh karena Indonesia memiliki keterbatasan dalam mendeteksi. 

Terkait kecepatan penyebaran sub omicron BA.2, Dicky menyebutkan, setidaknya dua kali lebih cepat menular dibandingkan varian omicron BA.1 yang ada saat ini dan dominan di Indonesia. Menurut dia, setiap variant of concern bisa melahirkan mutasi.

Ini seperti varian delta juga memiliki subvarian. Kemudian varian virus yang banyak menginfeksi akan banyak bermutasi dan melahirkan sub varian yang sama atau bisa jadi lebih hebat. 

"Oleh karena itu, saya selalu sampaikan jangan hanya melihat satu atau dua varian. Artinya, bukan hanya melihat varian yang ada saja, melainkan juga potensi varian yang ada atau baru muncul, baik di dalam maupun luar negeri yang juga harus jadi pertimbangan," katanya.

Pesan pentingnya, Dicky meminta munculnya sub varian BA.2 jangan dibiarkan merajalela karena bisa melahirkan varian yang berbahaya. Apalagi kalau BA.2 menginfeksi dan bertemu varian delta dalam satu tubuh manusia. 

"Misalnya ada varian omicron dan delta bisa jadi rekombinan. Itu berbahaya," ujarnya.

Ia merekomendasikan pemerintah harus bisa memilih masa karantina bisa dengan gold standard. Selain itu, ia meminta pemerintah terus menambah cakupan vaksinasi Covid-19. Dia melanjutkan, jika Indonesia semakin abai baik dalam pengendalian di pintu masuk negara maupun di dalam negeri, potensi melahirkan varian yang semakin merugikan Tanah Air juga besar. 

"Makanya upaya untuk meningkatkan cakupan vaksinasi juga menjadi sangat penting," ujarnya. 

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memastikan turunan varian Omicron BA.2 alias 'Son of Omicron' sudah ada di Indonesia. Berdasarkan hasil deteksi, diperkirakan terdapat 10 kasus.

Menurut Menkes, subvarian Omicron ini lebih sulit dideteksi menggunakan tes PCR S gene target failure (SGTF) yang selama ini digunakan untuk skrining kasus omicron di Indonesia. Namun, ia memastikan, Indonesia bakal segera memiliki fasilitas untuk mendeteksi kedua varian tersebut. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement