REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Menteri Kesehatan (Menkes) Turki Fahrettin Koca menuai kecaman dari anggota profesi medis negara tersebut setelah membandingkan Covid-19 varian Omicron dengan flu. Koca pun meminta warga di sana tak panik menyusul meningkatnya infeksi harian virus corona di sana.
Anggota Turkish Medical Association (TTB) Pandemic Working Group, Oğuz Kılınç, mengatakan, Koca telah mereduksi efektivitas langkah-langkah untuk membendung penyebaran Covid-19 dengan meremehkan dampak Omicron. “Jika persepsi seperti itu terjadi di masyarakat, tindakan perlindungan akan ditinggalkan,” ujar Kılınç, dikutip laman Ahval, Senin (31/1).
Anggota TTB lainnya, Esin Davutoğlu Şenol, turut mengkritik Koca. Dia mengatakan, kondisi di rumah sakit jauh dari apa yang digambarkan oleh Koca. Layanan kesehatan diblokir karena peningkatan jumlah pasien Covid-19.
“Menkes mengatakan tidak perlu khawatir. Kami sekarat karena kebijakan kementerian yang tidak peduli dengan kesehatan masyarakat,” ujar Esin Davutoğlu Şenol
Profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Istanbul Medeniyet, Hasan Güçlü, turut memperingatkan bahwa situasi pandemi di Turki saat ini tidak boleh diremehkan. “Tingkat reproduksi pandemi kembali meningkat. Ini adalah tanda bahwa kasus akan meningkat lebih cepat,” ujarnya.
Akhir pekan lalu, Koca meminta warga Turki tidak panik menanggapi meningkatnya kembali infeksi Covid-19 di negara tersebut. “Sebagai menteri kesehatan Anda, saya mengatakannya dengan lantang atas meningkatnya jumlah kasus; jangan khawatir,” ujarnya pada Sabtu (29/1).
Dia mengklaim saat ini virus Covid-19 tidak sekuat dahulu. “Jika kami mengumumkan kasus influenza setiap hari, kami akan melihat skenario serupa,” ucapnya.
Pada Sabtu pekan lalu, Turki melaporkan 94.783 kasus baru Covid-19. Sementara pada Ahad, negara tersebut mencatatkan 88.145 infeksi. Angka itu memecahkan rekor jika dibandingkan dengan kasus harian pada Desember lalu, yakni sekitar 20 ribuan kasus. Sejauh ini Turki sudah mencatatkan 11,5 juta kasus Covid-19 dengan korban meninggal mencapai 87.234 jiwa.