REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Untuk semua pembicaraan tentang boikot diplomatik, pemimpin China Xi Jinping telah berhasil menarik daftar presiden, bangsawan, dan pejabat tinggi lainnya ke upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin. Upaya ini untuk mengimbangi dengan keputusan beberapa negara yang memboikot acara secara diplomatik.
Daftar tamu yang menghadiri pembukaan pada Jumat (4/2/2022), termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin. Setidaknya delapan dari sekitar 20 negara yang mengirimkan ofisial tingkat tinggi tidak memiliki atlet yang bertanding
Beberapa negara itu termasuk Kamboja, Mesir yang tertutup gurun dan Uni Emirat Arab, yang setidaknya menawarkan lereng ski dalam ruangan di Dubai. Beberapa lainnya hanya menurunkan satu atlet, termasuk Arab Saudi dan Pakistan, keduanya memiliki satu pemain ski pria yang berpartisipasi.
Tapi beberapa tamu yang ikut dalam pembukaan acara tidak cocok dengan kategori geopolitik yang rapi. Contoh saja negara Teluk kecil Qatar, dengan pemimpinnya Tamim bin Hamad Al Thani, baru saja menyelesaikan pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada awal pekan. Negaranya ditunjuk sebagai sekutu utama non-NATO dan dipuji sebagai teman baik dan mitra yang dapat diandalkan.
Tetapi sebagai pengekspor gas alam cair terbesar kedua di dunia, tuan rumah Piala Dunia 2022 juga ingin mengamankan lebih banyak penjualan bahan bakar ke China. Langkah ini bisa menjadi pilihan cadangan yang berguna untuk pasokan gas Eropa jika mereka dipotong atau dibatasi dalam konflik antara Rusia dan Ukraina.
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev pun datang dalam acara tersebut. Dia menikmati dukungan Xi ketika menghadapi lonjakan kerusuhan politik bulan lalu.
Selain itu ada Polandia, satu-satunya negara Uni Eropa yang mengirim utusan diplomatik ke Olimpiade. Kehadiran Presiden Andrzej Duda patut menjadi perhatian, mengingat boikot diplomatik yang dipimpin AS dan kekhawatiran atas krisis di Ukraina, yang berbatasan dengan negara itu.
Duda dijadwalkan bertemu Xi, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dan Presiden Komite Olimpiade Thomas Bach selama kunjungannya. Kantor persnya mengatakan tujuan dari pembicaraan itu adalah untuk mendorong lawan bicara untuk memainkan peran aktif dalam memimpin pembicaraan Rusia-Ukraina.
"Ada kecenderungan otoriter yang kuat di antara daftar pemimpin yang hadir. Ini adalah daftar pemimpin global yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan peserta KTT Biden untuk Demokrasi Desember lalu," kata kepala departemen Studi Asia di The Catholic University of America, Andrew Yeo.
AS dan beberapa negara demokrasi yang berpikiran sama tidak mengirimkan delegasi politik sebagai bagian dari boikot diplomatik yang dinyatakan atau tidak. India menjadi negara terbaru yang bergabung dalam boikot sehari sebelum acara.
Keputusan itu setelah diketahui bahwa seorang komandan militer China dilaporkan dipilih untuk menjadi pembawa obor menjelang Olimpiade. Dia terlibat dalam bentrokan mematikan dengan pasukan India di sepanjang perbatasan pada 2020.
Putin menjadi satu-satunya kepala negara yang dinilai memiliki posisi kuat dalam acara itu, selain Xi. Kehadirannya juga menjadi pengingat bahwa Rusia sangat hadir di Olimpiade bahkan jika atlet negara itu tidak dapat bersaing di bawah bendera mereka sendiri.
"Ini lebih dari sekadar pertemuan 'sampingan'. Ini melibatkan para pemimpin dua kekuatan besar yang ingin memperkuat hubungan diplomatik dan ekonomi pada saat kedua negara merasa berani untuk menantang Amerika Serikat," kata Yeo.
Presiden Rusia bertemu dengan Xi untuk pertemuan langsung pertama mereka sejak 2019 sebelum pembukaan Olimpiade Musim Dingin. Dalam sambutan pembukaannya, Putin mengatakan hubungan antara kedua negara berkembang dalam semangat persahabatan dan kemitraan strategis.
"Mereka memang menjadi belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah contoh hubungan bermartabat yang mendukung pembangunan bersama," kata Putin.
Kedua negara mengeluarkan pernyataan bersama yang mencerminkan pandangan bersama tentang keamanan global dan berencana untuk menandatangani lebih dari selusin perjanjian perdagangan, energi, dan lainnya. Penasihat urusan luar negeri Putin, Yuri Ushakov, mencatat bahwa Beijing mendukung tuntutan Moskow untuk jaminan keamanan yang telah mendukung kebuntuan atas Kiev. Kawasan ini juga penting bagi inisiatif perdagangan Belt and Road milik China yang ambisius dan perdagangan telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir.