Jumat 04 Feb 2022 21:12 WIB

Kanselir Jerman akan Kunjungi Rusia dan Ukraina Bahas Krisis 

Kanselir Olaf Scholz dijadwalkan mengunjungi Moskow pada 14-15 Februari.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Kanselir Jerman Olaf Scholz berbicara selama konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Italia Mario Draghi di kantor pemerintah Istana Chigi di Roma, Senin, 20 Desember 2021.
Foto: AP/Guglielmo Mangiapane/REUTERS
Kanselir Jerman Olaf Scholz berbicara selama konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Italia Mario Draghi di kantor pemerintah Istana Chigi di Roma, Senin, 20 Desember 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Olaf Scholz diagendakan mengunjungi Rusia dan Ukraina. Dia akan membahas tentang krisis dan ketegangan yang kini tengah berlangsung di antara kedua negara tersebut.

Scholz dijadwalkan mengunjungi Moskow pada 14-15 Februari. Sebelumnya, dia akan terlebih dulu menyambangi Kiev. “Selain (membahas) hubungan bilateral, fokusnya juga akan pada masalah internasional, termasuk masalah keamanan,” ungkap juru bicara Scholz, Wolfgang Beuchner, kepada awak media, Jumat (4/2/2022).

Baca Juga

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, dalam kunjungan nanti, Scholz bakal mengadakan pembicaraan bilateral substansial dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebelumnya Scholz telah mengutarakan keprihatinan atas ketegangan di perbatasan Rusia-Ukraina. “Situasinya sangat serius, dan Anda tidak dapat mengabaikan fakta bahwa banyak tentara serta pasukan telah dikerahkan ke perbatasan Ukraina,” katanya saat ditanya awak media tentang kemungkinan pecahnya perang di wilayah tersebut.

Sebelum Scholz, Presiden Prancis Emmanuel Macron bakal terlebih dulu mengunjungi Rusia pada Senin (7/2) mendatang. Macron diagendakan bertemu Putin untuk membahas krisis di perbatasan Rusia-Ukraina. Dari Moskow, Macron akan bertolak ke Kiev untuk menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Selasa (8/2/2022).

Pekan ini Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan akan mengerahkan 3.000 tentaranya ke Eropa Timur. Sebanyak 1.000 tentara AS di Jerman bakal direlokasi ke Rumania. Sementara 2.000 tentara lainnya akan dikirim dari Carolina Utara ke Jerman dan Polandia. Juru bicara Pentagon John Kirby mengungkapkan, situasi di dekat Ukraina menuntut AS memperkuat posisi pencegahan dan pertahanannya di sisi timur Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

NATO menyambut keputusan pengerahan pasukan AS ke Eropa Timur. “Ini adalah sinyal kuat dari komitmen AS dan datang di atas kontribusi AS lainnya baru-baru ini untuk keamanan bersama kami,” kata Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dalam sebuah pernyataan, Rabu (2/2/2022), dikutip laman Anadolu Agency.

Dia menekankan, pengerahan pasukan AS meningkatkan pertahanan kolektif NATO. “Penempatan NATO bersifat defensif dan proporsional, serta mengirimkan pesan yang jelas bahwa NATO akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melindungi dan membela semua sekutu,” ucapnya.

Sementara itu Rusia mendesak AS berhenti mengobarkan ketegangan di benua Eropa. “Kami terus menerus mendesak mitra Amerika kami untuk berhenti meningkatkan ketegangan di benua Eropa. Sayangnya, Amerika terus melakukannya,” ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada awak media, Kamis (3/2/2022).

Dia pun mengomentari tentang pengerahan 3.000 tentara AS ke Eropa Timur. “Jelas, ini bukan langkah yang ditujukan untuk meredakan ketegangan. Sebaliknya, ini adalah tindakan yang mengarah pada peningkatan ketegangan,” kata Peskov. 

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement