Senin 07 Feb 2022 21:40 WIB

Perkara yang Membuat Zakat Jadi Sia-Sia

Zakat menjadi sia-sia karena sejumlah perkara.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Perkara yang Membuat Zakat Jadi Sia-Sia. Foto:   Ilustrasi Zakat. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Perkara yang Membuat Zakat Jadi Sia-Sia. Foto: Ilustrasi Zakat. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Umat Islam yang menunaikan zakat atau sedekah terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan jumlah penerimaan zakat setiap tahunnya di berbagai Lembaga Amil Zakat Infaq Sedekah (LAZIS) di Indonesia.

Namun, disadari atau tidak manusia seringkali terjebak dalam amalan yang sia-sia (al-laghwu). Demikian halnya saat kita menunaikan zakat atau sedekah. Amal kebaikan tersebut juga dapat menjadi sia-sia jika mengeluarkan kata-kata yang dapat melukai penerimanya (mustahiq).

Baca Juga

Dalam buku “Tuhan Ada di Hatimu” karya Husein Ja’far al-Hadar dijelaskan bahwa dalam Surat Al-Baqarah ayat 264 Allah mengatakan, sia-sia zakat atau sedekah seseorang yang diikuti dengan kata-kata yang dapat melukai penerimanya.

Dalam Alqur’an, Allah SWT berfirman: 

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ  كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ  فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ  لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." (QS Al-Baqarah [2]:264).

Untuk menghindari munculnya perkataan yang akan menyakiti penerima sedekah, ada salah satu kisah yang bisa diteladani. Dikisahkan bahwa salah satu cicit Nabi, Sayyidina Ali Zainal Abidin setiap malam selalu memberi sedekah kepada orang-orang miskin di lingkungan sekitarnya. 

Ketika orang-orang sedang tidur, ia meletakkan sedekahnya berupa beras, gandum, dan sejenisnya di depan rumah tanpa diketahui oleh siapapun, termasuk oleh penerima sedekahnya. Menurut Husein Ja’far, Sayyidina Ali Zainal Abidin merahasiakan sedekahnya seperti itu karena tak ingin membuat orang yang menerimanya merasa rendah diri. 

Namun, dalam konteks sekarang ini agar sedekah yang ditunaikan tidak diketahui oleh penerimanya, maka bisa menyalurkannya melalui LAZIS atau Badan Amil Zakat Nasional (Basnas). Kemudian, Lembaga amil zakat itu lah yang akan menyalurkannya secara professional kepada umat yang paling membutuhkannya.

Selain bisa menghindari amalan yang sia-sia, zakat melalui lembaga amil zakat juga memiliki beberapa kelebihan. Diantaranya, zakat yang disalurkan melalui Lembaga akan lebih terjaga keikhlasannya. Penyaluran zakat lewat Lembaga akan menjaga muzakki dari niatan-niatan politis atau kepentingan serupa yang dapat merusak nilai pahala zakat.

Kelebihan lainnya, zakat melalui lembaga juga akan selalu didoakan oleh petugas lembaga amil, dan zakat akan lebih produktif ketika dikelola lembaga amil zakat. Bahkan, mereka biasanya telah menyiapkan program-program pengentesan kemiskinan.

Seorang muzakki atau orang yang memberikan zakat kini tidak perlu lagi khawatir dengan penerima zakatnya (mustahiq). Karena dana zakat yang disalurkan lewat lembaga akan dikelola dengan penuh tanggung jawab. Setiap lembaga zakat kini sudah diawasi langsung Kementerian Agama dan laporan keuanganya diaudit secara professional.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement