Selasa 08 Feb 2022 08:30 WIB

Buntut Pengeboman di Bandara Kabul, AS Buru Pemimpin ISIS-K

AS tawarkan uang tunai 10 juta dolar untuk informasi keberadaan pemimpin ISIS-K

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Dalam gambar yang disediakan oleh Angkatan Darat AS, tentara, penerbang dan staf sipil di Landstuhl Regional Medical Center, Jerman, menerima korban pada hari Jumat, 27 Agustus 2021, yang dievakuasi secara medis dari Kabul, Afghanistan, setelah terluka dalam pemboman di luar Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, pada 26 Agustus.
Foto: AP/Marcy Sanchez/U.S. Army
Dalam gambar yang disediakan oleh Angkatan Darat AS, tentara, penerbang dan staf sipil di Landstuhl Regional Medical Center, Jerman, menerima korban pada hari Jumat, 27 Agustus 2021, yang dievakuasi secara medis dari Kabul, Afghanistan, setelah terluka dalam pemboman di luar Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, pada 26 Agustus.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) menawarkan hadiah uang tunai 10 juta dolar AS kepada siapa pun yang dapat memberikan informasi mengenai keberadaan pemimpin kelompok afiliasi ISIS di Afghanistan, Sanaullah Ghafari.

Hadiah yang ditawarkan oleh Departemen Luar Negeri AS juga mencakup informasi apa pun yang dapat mengarah pada penangkapan individu yang bertanggung jawab atas pemboman mematikan di bandara Kabul tahun lalu.

Serangan bom di bandara Kabul tahun lalu, menewaskan 170 warga sipil Afghanistan dan 13 personel militer AS. Serangan terjadi di tengah penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Kelompok  ISIS-Khorasan (ISIS-K) mengklaim bertanggung jawab atas serangan di bandara Kabul. ISIS-K adalah kelompok bersenjata di Provinsi Khorasan, Afghanistan yang berafiliasi dengan ISIS. Kelompok ini berseberangan dengan Taliban.

Dilansir Aljazirah, Selasa (8/2/2022), menurut Departemen Luar Negeri AS, Ghafari atau juga dikenal sebagai Shahab al-Muhajir diangkat sebagai kepala ISIS-K pada Juni 2020. Dia bertanggung jawab untuk menyetujui semua operasi ISIS-K di seluruh Afghanistan dan mengumpulkan dana untuk kelompok tersebut.

Hasil penyelidikan militer AS terkait serangan pada 26 Agustus di bandara Kabul, yang dirilis pada 4 Februari, menemukan bahwa serangan itu kemungkinan dilakukan oleh satu orang yang meledakkan satu alat peledak di tengah kerumunan yang penuh sesak. Beberapa hari setelah pemboman, AS melakukan serangan pesawat tak berawak yang menargetkan pejuang ISIS-K.

Tetapi media dengan cepat melaporkan bahwa 10 warga sipil Afghanistan, termasuk beberapa anak-anak, telah terbunuh dalam serangan drone AS.  Pejabat AS kemudian meminta maaf atas serangan yang salah sasaran tersebut. Sejauh ini tidak ada anggota militer AS yang dihukum atas insiden itu.

Ghafari dilaporkan pernah menjadi komandan Alqaeda atau mantan anggota jaringan Haqqani, yang merupakan salah satu faksi paling kuat dan ditakuti Taliban. Ghafari dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh AS pada November lalu. Ghafari disebut sebagai “teroris global yang ditunjuk secara khusus”. Dua anggota kelompok ISIS-K lainnya yaitu juru bicara Sultan Aziz Azam, juga dikenal sebagai Sultan Aziz, dan pemimpin senior Maulawi Rajab Salahudin juga masuk daftar hitam.

"Kami berkomitmen untuk menggunakan semua alat kontraterorisme kami untuk melawan ISIS-K dan memastikan bahwa Afghanistan tidak dapat lagi menjadi platform untuk terorisme internasional," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price.

“Penunjukan ini mengekspos dan mengisolasi teroris, mencegah mereka mengeksploitasi sistem keuangan AS dan membantu kegiatan penegakan hukum yang relevan," ujar Price menambahkan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement