Selasa 08 Feb 2022 17:47 WIB

Golkar: Elektabilitas Tinggi Artinya Jangan Sombong

Tugas utama Golgar saat ini meningkatkan elektabilitas Ketum Airlangga Hartarto.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Ilham Tirta
Lodewijk F Paulus
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Lodewijk F Paulus

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Lodewijk F Paulus mengatakan, komunikasi untuk koalisi di pemilihan presiden (Pilpres) 2024 masih sangat cair. Namun, ia menyampaikan, tugas utama partainya saat ini adalah meningkatkan elektabilitas Ketua Umum Airlangga Hartarto.

"Penting saya katakan, apapun hasil survei itu jadi catatan buat kami Partai Golkar. Kalau tinggi artinya jangan sombong, kalau rendah jangan patah hati," ujar Lodewijk di Gedung Nusantara II, Komplek Parlemen, Jakarta, Selasa (8/2).

Baca Juga

Tinggi atau rendahnya elektabilitas Airlangga dalam banyak hasil survei menjadi bahan evaluasi untuk Partai Golkar. Namun, partai berlambang pohon beringin itu disebut punya strategi untuk meningkatkan elektabilitasnya.

"Itu biar saja dulu mengalir, karena proses partai itu sedang meningkatkan elektoral. Coba lihat, semua melakukan hal yang sama, tentunya dengan cara-cara yang berbeda," ujar Lodewijk.

Ia menjelaskan, suara Partai Golkar pada pemilihan umum (Pemilu) 2019 sebesar 12,31 persen. Hanya butuh delapan persen lagi untuk memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold sebesar 20 persen.

"Kita kan tinggal mengambil satu partai dengan suara tidak terlalu besar. Jadi itu biar aja dulu mengalir, karena proses partai itu sedang meningkatkan elektoral," ujar Wakil Ketua DPR itu.

Pengusungan Airlangga sebagai capres merupakan hasil musyawarah nasional dan rapat pimpinan nasional Partai Golkar. Pihaknya tegas tak akan mengingkari keputusan forum tertinggi partai tersebut.

"Jadi tidak boleh itu kita melanggar keputusan Munas atau keputusan rapimnas yang istilahnya sudah dua lapis tertinggi. Jadi kita sudah fokus bagaimana mendorong Pak Airlangga menjadi capres 2024," ujar Lodewijk.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement