Selasa 08 Feb 2022 17:49 WIB

China Kecam AS Jual Peralatan Militer ke Taiwan

AS telah menyetujui penjualan peralatan senilai 100 juta dolar ke Taiwan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
AS telah menyetujui penjualan peralatan senilai 100 juta dolar ke Taiwan.
Foto: AP Photo/Wally Santana
AS telah menyetujui penjualan peralatan senilai 100 juta dolar ke Taiwan.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China mengecam langkah Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan peralatan persenjataan senilai 100 juta dolar AS ke Taiwan. Beijing menegaskan akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi kedaulatannya.

“China dengan keras memprotes dan mengecam aksi ini (penjualan senjata ke Taiwan),” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam pengarahan pers, Selasa (8/2), dikutip laman China Global Television Network (CGTN). Dia mendesak AS segera “mencabut” proposal tersebut.

Baca Juga

Zhao mengatakan, China akan mengambil langkah-langkah efektif dan yang diperlukan untuk melindungi kedaulatannya serta melindungi keamanannya. AS telah menyetujui penjualan peralatan senilai 100 juta dolar ke Taiwan. Penjualan itu bertujuan mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan sistem rudal Patriot di sana.

Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan AS atau Defense Security Cooperation Agency (DSCA) menyampaikan sertifikasi kepada Kongres setelah memperoleh persetujuan Departemen Luar Negeri AS. "Peningkatan Sistem Pertahanan Udara Patriot akan membantu meningkatkan keamanan penerima dan membantu menjaga stabilitas politik, keseimbangan militer, ekonomi, dan kemajuan di kawasan itu," kata DSCA dalam sebuah pernyataan.

DSCA mengatakan, penjualan tersebut bertujuan untuk kepentingan nasional, ekonomi, dan keamanan AS. Hal itu termasuk mendukung upaya berkelanjutan untuk memodernisasi angkatan bersenjata Taiwan dan mempertahankan kemampuan pertahanan yang kredibel. Kementerian Luar Negeri Taiwan sangat menyambut baik keputusan AS tersebut.

"Dalam menghadapi ekspansi militer China yang berkelanjutan dan tindakan provokatif, negara kami akan menjaga keamanan nasionalnya dengan pertahanan yang solid, dan terus memperdalam kemitraan keamanan yang erat antara Taiwan dan AS," kata Kementerian Pertahanan Taiwan dalam sebuah pernyataan.

Taiwan menjadi salah satu isu pokok yang dibahas dalam pertemuan virtual Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping pada 16 November tahun lalu. Pada kesempatan itu, Biden menekankan bahwa Washington mendukung Taiwan Act. Taiwan Act adalah undang-undang (UU) yang menetapkan bahwa AS akan mendukung pertahanan diri Taiwan. Caranya dengan menyediakan penjualan senjata atau peralatan militer serta mencegah upaya apa pun oleh China untuk merebut paksa Taiwan.

Berbeda dengan pernyataan Biden, China justru menyebut bahwa presiden AS tersebut menentang kemerdekaan Taiwan. Menurut China, pada kesempatan itu Xi turut menekankan bahwa siapa pun yang “bermain api” di sekitar Taiwan, pasti akan membakar diri mereka sendiri. 

Taiwan sudah berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik China. Taiwan selalu menyebut bahwa China tidak pernah memerintahnya dan tidak berhak berbicara atas namanya. Namun sebaliknya, China mengklaim Taiwan sebagai bagian yang tak terpisah dari teritorialnya. Hal itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement