Rabu 09 Feb 2022 16:42 WIB

Status Gunung Anak Krakatau Masih Waspada

Gunung Anak Krakatau secara karakteristik identik dengan Gunung Honga Tonga.

Rep: Intan Pratiwi / Red: Agus Yulianto
Erupsi Gunung Anak Krakatau, Jumat (4/2/2022).
Foto: Kementerian ESDM
Erupsi Gunung Anak Krakatau, Jumat (4/2/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Eko Budi Lelono mengatakan, gunung anak krakatau saat ini masih dalam status Waspada. Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terus melakukan evaluasi data secara menyeluruh untuk melakukan estmasi potensi ancaman bahaya yang ada ke depan.

"Belum perlu kenaikan status," ungkap Eko saat konferensi pers secara virtual, Rabu (9/2).

Eko menjelaskan, apakah ada keterkaitan aktivitas gunung anak krakatau dengan gempa bumi yang terjadi beberapa waktu lalu di Banten, hal tersebut perlu dilakukan analisis data terlebih dahulu. Namun, pihaknya melihat berdasarkan data pemantauan, menunjukkan overpressure di Gunung Anak Krakatau sudah terjadi sebelum gempa Banten.

Dikatakannya, Gunung Anak Krakatau secara karakteristik identik dengan Gunung Honga Tonga di Kepulauan Tonga yang menimbulkan kejadian tsunami pada bulan Januari lalu. Namun, Eko menjelaskan, berdasarkan data pemantauan, kemungkinan hal tersebut terjadi di Gunung Anak Krakatau sangat kecil karena beberapa alasan.

Pertama adalah karena volume intrusi magma di Gunung Anak Krakatau, saat ini, belum besar yang terindikasi dari seismik, deformasi, dan kandungan gas SO2. Dan yang kedua adalah ketinggian puncak Gunung Anak Krakatau saat ini kurang dari 100 meter, sedangkan pada tahun 2018 lalu ketinggian puncaknya melebihi 300 meter dan akibat ketidakstabilan lereng, maka mengalami longsor atau runtuh.

Dalam menghadapi erupsi Gunung Anak Krakatau, Eko mengatakan, Badan Geologi telah melakukan beberapa langkah. Yaitu, dengan mengirimkan Tim Tanggap Darurat untuk mengevaluasi data secara komprehensif. Kemudian melakukan koordinasi dengan BMKG dan BPBD terkait penguatan pemantauan Gunung Anak Krakatau, analisis potensi longsoran dan penguatan early warning system tsunami.

"Kami menyarankan untuk menempatkan tide gauge dan buoy pada pulau terdekat Gunung Anak Krakatau, sehingga informasi potensi terjadinya tsunami dapat diketahui sebelum gelombang tsunami sampai ke pantai," kata Eko.

Pada kesempatan yang sama, Kepala PVMBG, Badan Geologi Kementerian ESDM Andiani mengatakan, Badan Geologi berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik dan prima kepada masyarakat. Pemantauan Gunung Anak Krakatau dilakukan selama 24 jam penuh. 

"Tentunya segala perubahan secara fisik, maupun instrumen ataupun secara kimia akan kami sampaikan kepada masyarakat." ujarnya.

Andiani mengatakan, untuk mendapatkan informasi terkini tentang bencana geologi, masyarakat dapat mengunduh aplikasi Magma Indonesia. "Karena aplikasi ini sangat bermanfaat untuk mengetahui kondisi kebencanaan secara realtime termasuk bencana gunungapi di dalamnya" tutup Andiani.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement