REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM - Utusan Sudan dilaporkan bertolak ke Israel untuk mempromosikan hubungan resmi antara kedua negara. Dalam laporan Rabu (9/2/2022) dari seorang sumber yang mengetahui kunjungan itu, utusan Sudan tiba di Israel sejak awal pekan ini.
Seperti dilansir laman Haaretz, Rabu, sumber dari Sudan mengatakan, bahwa pemimpin militer dan intelijen senior adalah bagian dari delegasi yang mengunjungi Israel. Namun belum ada konfirmasi resmi dari juru bicara pemerintah Israel maupun Sudan.
Seperti diketahui, Sudan bergerak menuju normalisasi dengan Israel pada 2020. Utusan kedua negara telah melakukan perjalanan antara Israel dan Sudan sejak saat itu, meskipun belum ada pakta resmi tentang normalisasi yang ditandatangani.
Pekan lalu, utusan khusus Amerika Serikat (AS) yang baru diangkat untuk Tanduk Afrika, David Satterfield, memasukkan Israel dalam putaran perjalanannya ke pemerintah yang mempromosikan pemerintahan sipil yang demokratis di Sudan. Penunjukan dan kunjungan Satterfield dilakukan setelah delegasi Israel dilaporkan bertemu dengan jenderal top Sudan Abdel Fattah al-Burhan, kepala dewan penguasa militer Khartoum, bulan sebelumnya.
Kunjungan itu tidak dilaporkan di media Sudan, tetapi pihak oposisi masih mengecam dewan militer karena menjadi tuan rumah delegasi Israel. Militer Sudan tampaknya telah memimpin gerakan menuju Israel sementara kelompok-kelompok sipil lebih enggan tentang hal itu.
Militer Sudan merebut kekuasaan di negara itu pada 25 Oktober dan mengakhiri kemitraan dengan partai politik sipil yang dimulai setelah tentara menggulingkan Omar al-Bashir sebagai penguasa Sudan pada 2019. Perdana menteri negara itu, Abdalla Hamdok, mengundurkan diri bulan lalu sehingga meninggalkan militer dalam kendali penuh. Namun, kebuntuan politik telah menyebabkan demonstrasi kekerasan yang menyebabkan puluhan pengunjuk rasa tewas.
Setelah kudeta, AS secara langsung mengimbau Israel untuk menggunakan hubungannya yang baru lahir dengan Sudan untuk mencegah eskalasi kekerasan. Seruan langsung datang beberapa bulan setelah kedua negara sepakat untuk menormalkan hubungan dan kabinet Sudan mencabut undang-undang tahun 1958 yang melarang hubungan diplomatik dan bisnis dengan Israel.
Upaya Israel untuk meningkatkan hubungan diplomatik dengan Sudan telah tertinggal dari negara-negara lain yang menormalkan hubungan pada 2020 sebagai bagian dari Kesepakatan Abraham. Sebuah sumber yang dekat dengan pembicaraan Israel-Sudan sebelumnya mengatakan, bahwa situasi internal di negara itu telah mempersulit Sudan untuk mempromosikan hubungan dengan Israel dengan cara yang sama seperti yang dilakukan negara-negara seperti UEA dan Bahrain.