Kamis 10 Feb 2022 12:38 WIB

Fahri Hamzah: Otoritarianisme Bisa Muncul Melalui Pemilu

Fahri Hamzah menyoroti kecenderungan hilangnya eksistensi demokrasi saat ini.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ratna Puspita
Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, menyoroti kecenderungan hilangnya eksistensi demokrasi di kehidupan modern saat ini. Menurutnya, otoritarianisme bisa muncul melalui pemilu.
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, menyoroti kecenderungan hilangnya eksistensi demokrasi di kehidupan modern saat ini. Menurutnya, otoritarianisme bisa muncul melalui pemilu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah menyoroti kecenderungan hilangnya eksistensi demokrasi di kehidupan modern saat ini. Menurutnya, otoritarianisme bisa muncul melalui pemilu.

"Karena otoritarianisme pada abad 20 juga lahir karena demokrasi itu sendiri, lahir dalam pemilu, ya Adolf Hitler, (Augusto) Pinochet, Mussolini dan sebagainya dan sebagainya itu adalah produk-produk dari pemilu dan demokrasi," kata Fahri dalam diskusi daring, Rabu (9/2/2022).

Baca Juga

"Apakah kita percaya bahwa situasi kita bisa memburuk? Karena orang yang percaya bahwa demokrasi pasti ada hanya karena ada pemilu, itu keliru sekali karena sejarah nggak ngomong gitu," kata dia.

Mantan wakil ketua DPR itu menambahkan, demokrasi bisa hilang karena cita rasa demokrasi itu mulai hilang. Terbukti bahwa bangsa Indonesia sangat mudah menerima kehadiran militer. 

"Belakangan ini kita gampang sekali menerima perkakas-perkakas kekuasaan dalam kehidupan rakyat sipil, itu yang sudah nampak di depan mata kita," ujarnya.

Selain itu, demokrasi juga bisa hilang karena kerap menoleransi penyimpangan cara kerja kelembagaan negara. Terakhir, menurutnya, demokrasi bisa hilang jika kita tidak memahami apa itu demokrasi dan bagaimana cara kerjanya.

"Karena itu kalau kita mau menggantinya nanti ya memang dengan pemilu. Karena itu pertanyaannya adalah apakah pemilu 2024 itu akan memperbaiki demokrasi kita, atau tidak," kata dia.

Ia juga menyoroti adanya kecenderungan daulat partai politik makin menguat dan daulat rakyat makin melemah. Ia memandang partai politik telah mengambil alih kedaulatan rakyat.

Hal itu dibuktikan bagaimana partai politik dikelola hari ini. "(Parpol) dikelola oleh keluarga, dikelola oleh segelintir orang, dikelola penguasa tunggal, itu mencemaskan sebenarnya. Karena parpol sebagai lembaga pengetahuan hilang fungsinya," kata dia.

"Kalau yang kita pilih nanti adalah tren menguatnya parpol untuk dikuasai oleh segelintir orang maka kecemasan orang bahwa oligarki ada di belakang ruang-ruang gelap yang mengatur negara ini saya kira menemukan kebenarannya," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement