Kamis 10 Feb 2022 12:34 WIB

Inggris Desak Rusia Upayakan Solusi Diplomatik untuk Krisis Ukraina

Menlu Inggris ke Moskow untuk mendesak Rusia upayakan solusi diplomatik

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss ke Rusia bertujuan mendesak Rusia mengupayakan solusi diplomatik untuk menangani krisis di perbatasan Ukraina.
Foto: AP/Olivier Matthys/Pool AP
Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss ke Rusia bertujuan mendesak Rusia mengupayakan solusi diplomatik untuk menangani krisis di perbatasan Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Liz Truss melakukan kunjungan ke Rusia dan telah tiba di Moskow pada Rabu (9/2/2022). Lawatannya itu bertujuan mendesak Rusia mengupayakan solusi diplomatik untuk menangani krisis di perbatasan Ukraina.

Kunjungan Truss merupakan kunjungan perdana menlu Inggris ke Moskow dalam kurun lebih dari empat tahun terakhir. Truss diagendakan bertemu Menlu Rusia Sergey Lavrov pada Kamis (10/2). “Inggris bertekad untuk membela kebebasan dan demokrasi di Ukraina,” ujarnya dalam sebuah pernyataan sebelum bertolak ke Moskow.

Baca Juga

“Saya mengunjungi Moskow untuk mendesak Rusia mengejar solusi diplomatik dan menjelaskan bahwa invasi Rusia lainnya ke negara berdaulat akan membawa konsekuensi besar bagi semua yang terlibat,” kata Truss menegaskan.

Menurut dia, dalam situasi seperti sekarang, Rusia masih punya pilihan. “Rusia punya pilihan di sini. Kami sangat mendorong mereka untuk terlibat, mengurangi eskalasi, dan memilih jalur diplomasi,” ujarnya.

Datang dengan sikap demikian, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia memperingatkan, para pejabat Inggris harus mengubah retorika mereka. “Pihak Inggris harus menyadari dengan jelas bahwa tanpa perubahan yang jelas dalam nada pidato perwakilan kepemimpinan Inggris, interaksi yang produktif tidak mungkin terjadi baik dalam memecahkan masalah bilateral atau dalam menyelesaikan masalah internasional,” katanya dalam sebuah pernyataan yang dirilis Rabu malam.

Kemenlu Rusia menekankan, hubungan Inggris dengan mereka harus didasarkan pada prinsip kesetaraan dan saling menghormati, tanpa batasan rekaan yang menghalangi bisnis. Pekan lalu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengunjungi Ukraina. Kunjungannya adalah bentuk solidaritas kepada negara tersebut. Johnson sudah menyampaikan, Inggris siap menawarkan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pengerahan pasukan, senjata, kapal perang, dan jet “besar” di Eropa Timur.

NATO, termasuk di dalamnya Amerika Serikat (AS), telah menuding Rusia memiliki rencana melancarkan agresi ke Ukraina. Tudingan itu didasarkan pada pengerahan lebih dari 100 ribu pasukan Rusia ke perbatasan Ukraina. Moskow telah membantah tuduhan tersebut.

AS dan NATO telah menegaskan dukungan kepada Ukraina. Sementara Rusia menuntut agar Ukraina tak akan pernah diizinkan untuk bergabung dengan NATO. Sebab Moskow menilai, ekspansi NATO ke timur akan menimbulkan ancaman keamanan bagi mereka.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement