Rabu 16 Feb 2022 11:54 WIB

Gagal Atasi Protes Sopir Truk, Kepala Polisi Ottawa Mundur

Kepala polisi Ottawa mundur setelah menghadapi kecaman luas tak bisa atasi demo

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Orang-orang berkumpul di luar kantor polisi di Ottawa, Ontario, Kanada, pada hari Minggu, 13 Februari 2022, menuntut pihak berwenang menurunkan pengemudi truk dan pengunjuk rasa lainnya yang telah mengambil alih area di sekitar Parliament Hill untuk berdemonstrasi menentang pembatasan COVID-19.
Foto: AP/Ted Shaffrey
Orang-orang berkumpul di luar kantor polisi di Ottawa, Ontario, Kanada, pada hari Minggu, 13 Februari 2022, menuntut pihak berwenang menurunkan pengemudi truk dan pengunjuk rasa lainnya yang telah mengambil alih area di sekitar Parliament Hill untuk berdemonstrasi menentang pembatasan COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Kepala Dinas Kepolisian Ottawa, Peter Sloly, secara terbuka mengumumkan pengunduran dirinya pada Selasa (15/2/2022) sore. Dia mundur setelah menghadapi kecaman luas atas penanganan polisi terhadap protes pengemudi truk yang berlangsung di ibu kota Kanada.

“Sejak awal demonstrasi, saya telah melakukan segala upaya untuk menjaga kota ini tetap aman dan mengakhiri krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya dan tak terduga ini. Saya yakin Layanan Polisi Ottawa sekarang berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengakhiri protes ini," ujar Sloly, dilansir Aljazirah, Rabu (16/2/2022).

Baca Juga

Sloly mendapat kecaman luas karena polisi Ottawa gagal membubarkan sekelompok pengemudi truk Kanada dan pendukung mereka, yang melakukan aksi protrs di kota itu pasa akhir bulan lalu. Mereka memprotes persyaratan wajib vaksinasi di perbatasan darat Kanada-AS.

Sejak aksi protes itu, peserta “Konvoi Kebebasan” telah mendirikan blokade di beberapa penyeberangan perbatasan.  Penduduk Ottawa mencela para demonstran karena memarkir kendaraan mereka di jalan-jalan perumahan. Bahkan para demonstran mengancam penduduk setempat, membunyikan klakson dan menyalakan kembang api sepanjang malam. Sebagian besar penduduk Ottawa mempertanyakan mengapa polisi gagal membubarkan konvoi.

Layanan Polisi Ottawa (OPS) awalnya mengatakan, biaya pengawasan konvoi diperkirakan mencapai lebih dari 800 ribu dolar Kanada atau setara 628 ribu dolar AS per hari. Polisi telah berupaya menahan diri agar tidak memicu konfrontasi dengan demonstran.

Sloly kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa, mungkin tidak ada solusi dari polisi untuk mengakhiri demonstrasi ini. Dia menyarankan pemerintah agar mengerahkan militer Kanada untuk membubarkan peserta konvoi. Gagasan ini ditolak Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

Pada Senin (14/2), Trudeau menggunakan kekuatan darurat federal  sebagai upaya untuk memperkuat dan mendukung lembaga penegak hukum di semua tingkatan di seluruh negeri di tengah blokade pengemudi truk. Undang-undang Darurat memungkinkan pemerintah federal mengambil tindakan khusus sementara untuk jangka waktu 30 hari selama keadaan darurat nasional.  

"Ruang lingkup tindakan ini akan dibatasi waktu, ditargetkan secara geografis, dan proporsional," kata Trudeau.

Awal pekan ini, pihak berwenang membubarkan blokade di Ambassador Bridge yang telah diblokir oleh pengunjuk rasa selama beberapa hari. Ambassador Bridge merupakan jalur penting untuk perdagangan Amerika-Kanada.

Para pengunjuk rasa yang  memblokir penyeberangan Coutts antara provinsi Alberta di Kanada barat dan negara bagian Montana di AS juga telah dibarkan pada Selasa pagi. Pembubaran pengunjuk rasa terjadi setelah Royal Canadian Mounted Police (RCMP) menangkap 11 orang yang memblokade penyeberangan Coutts. RCMP menemukan 13 senjata panjang, pistol, pelindung tubuh, parang, sejumlah besar amunisi dan magazine berkapasitas tinggi.

“Informasi diterima bahwa kelompok ini memiliki akses ke gudang senjata api dengan amunisi dalam jumlah besar.  Kelompok itu dikatakan memiliki keinginan untuk menggunakan kekuatan terhadap polisi jika ada upaya untuk mengganggu blokade,” kata pernyataan RCMP.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement