Kamis 17 Feb 2022 04:06 WIB

Khawatir Invasi Rusia, Penerbangan dari Ukraina Penuh

Negara di Eropa meminta warganya meninggalkan Ukraina untuk hindari risiko perang.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Friska Yolandha
Penumpang menunggu di bandara (ilustrasi). Maskapai penerbangan berbendera Latvia Air Baltic menyiapkan penerbangan tambahan dari Kyiv pekan ini.
Foto: AP Photo/Czarek Sokolowski
Penumpang menunggu di bandara (ilustrasi). Maskapai penerbangan berbendera Latvia Air Baltic menyiapkan penerbangan tambahan dari Kyiv pekan ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maskapai penerbangan berbendera Latvia Air Baltic menyiapkan penerbangan tambahan dari Kyiv pekan ini. Pebambahan jadwal penerbangan ini untuk mengakomodasi lonjakan penumpang setelah negara-negara Eropa menyuruh warganya meninggalkan Ukraina atau menghindari risiko terjadinya perang dengan Rusia.

"Saya tidak merasa tenang di Kyiv, dan orang tua saya khawatir. Jadi saya memutuskan untuk pulang menunggu beberapa minggu ke depan, sampai semuanya menjadi lebih jelas," kata salah seorang penumpang, Giedrius Paurys kepada Reuters setelah dia dan istrinya turun dari penerbangan tambahan, Selasa (15/2/2022).

Baca Juga

Amerika Serikat (AS) pekan lalu telah memperingatkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina akan segera terjadi dan Presiden Volodymyr Zelenskiy meminta rakyat negara itu untuk mengibarkan bendera dan menyanyikan lagu kebangsaan secara serempak pada 16 Februari. Aksi menyanyikan lagu kebangsaan dan mengibarkan bendera pada 16 Februari tersebut, tanggal di mana beberapa media Barat mengatakan Rusia mungkin akan menyerang Ukraina.

Peringatan tersebut mendorong penerbangan reguler Air Baltic ke Riga pada Selasa (15/2/2022) terjual habis dalam waktu singkat. Sehingga, perusahaan akan menjadwalkan rotasi tambahan pada hari Selasa dan Rabu ini untuk mengatasi permintaan yang lebih tinggi.

Pada Selasa siang, setidaknya 66 orang telah memesan kursi untuk penerbangan tambahan. Dengan hanya dua pemesanan yang dibuat untuk terbang ke Kyiv, Airbus terbang memuat penumpang 145 tempat duduk dan kembali ke Ukraina hampir kosong.

Kondisi penumpang, tidak semua mereka cemas dengan kondisi saat ini. "Saya tidak ingin pergi, suami saya memaksa saya," ujar Inga Paurys sambil tertawa. Dia dan suaminya, Giedrius, adalah orang Lituania yang tinggal dan bekerja di Kyiv.

"Dia membaca semua berita ini dan menjadi takut, dan saya tidak melakukan itu, jadi Kyiv baik-baik saja bagi saya. Tidak ada yang berubah, kami masih mengunjungi restoran dan klub olahraga," kata Inga.

Negara tetangga Estonia, salah satu dari beberapa negara yang telah memperingatkan warganya untuk melarikan diri dari Ukraina. Pemerintah setempat meminta warganya yang tersisa untuk naik penerbangan udara Baltik ekstra dan pulang.

"Beberapa teman saya telah meninggalkan Kyiv. Beberapa tidak punya tempat untuk pergi, mereka stres dan berharap tidak terjadi apa-apa. Teman-teman lain bersiap untuk bertarung, dan beberapa hanya panik," kata Natalia Vereshko, seorang warga Ukraina yang tinggal di Prancis yang mengambil penerbangan dengan putrinya. "Tapi di jalanan, tenang," tambahnya.

Pesawat yang menuju Kyiv meninggalkan Riga dengan tangki bahan bakar penuh untuk dapat berbalik dengan cepat jika situasinya tiba-tiba berubah menjadi lebih buruk, kata Kepala Eksekutif airBaltic Martin Gauss kepada Reuters.

"Dalam kasus ekstrem, bahkan jika kami memiliki pesawat di udara, kami dapat memerintahkannya untuk kembali," katanya.

Perusahaan mengharapkan tiket di bawah 100 euro untuk membuat penerbangan ekstra menguntungkan. "Pemesanan untuk penerbangan antara Kyiv dan Riga untuk akhir pekan ini berjalan dengan kecepatan normal, dengan orang-orang memilih untuk terbang dua arah," kata Gauss.

Namun Rusia membantah kekhawatiran tersebut. Pernyataan Kremlin hingga Selasa siang, mengatakan pernyataan AS bahwa Rusia siap untuk menyerang Ukraina adalah histeria yang tidak berdasar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement