REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fauziah Mursid, Dessy Suciati Saputri, Dian Fath Risalah
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkap data Kementerian Kesehatan terkait kasus kematian Covid-19 di Indonesia. Berdasarkan data, penyumbang angka kematian berasal dari golongan lanjut usia (lansia), orang dengan komorbid (penyakit penyerta) dan orang yang belum atau tidak dapat di vaksin lengkap.
"Penyumbang angka kematian cenderung berasal dari golongan lanjut usia yaitu ada 49 persen, komorbid 48 persen dan orang yang belum atau tidak dapat divaksin lengkap yaitu 68 persen," ujar Wiku dalam keterangan persnya secara daring, Kamis (17/2/2022).
Menurut data, sSebanyak 20 juta orang di Indonesia belum mendapatkan vaksinasi Covid-19 dosis kedua setelah disuntik dosis pertama dengan rentang waktu 1-5 bulan. Dari data Kemenkes, sebanyak lima juta orang di antaranya ada di Jawa Barat. Sedangkan, empat daerah lain sebagai penyumbang terbanyak yang belum mendapatkan vaksinasi lengkap yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, dan Sumatera Utara.
“Jadi berdasarkan data dari Kemenkes sebanyak 5 juta orang di Jawa Barat belum mendapatkan dosis kedua setelah divaksinasi pertama dengan rentang waktu 1-5 bulan. Secara nasional jumlahnya sebanyak 20 juta orang,” ujar Wiku.
Kelompok Drop out
Selain 20 juta orang yang belum mendapatkan vaksinasi dosis kedua setelah divaksinasi pertama dalam rentang 1-5 bulan, ada juga warga yang masuk ke dalam kelompok drop out, atau belum mendapatkan dosis kedua enam bulan setelah suntikan pertama. Kemenkes telah mengeluarkan aturan yang mewajibkan kelompok drop out ini mengulang vaksinasi dari awal.
Sebelumnya, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, dr., SpA(K),mengungkapkan, ada sekitar 15 juta orang yang belum mendapatkan suntikan kedua, padahal interval waktu dari suntikan pertama sudah lebih dari 6 bulan. Sebagian besar dari mereka pun mendapatkan suntikan pertama dengan platform vaksin Sinovac.
"Nah, untuk sekarang Sinovac itu sudah tidak bisa diberikan karena dikhususkan untuk anak-anak lantaran terbatasnya logistik yang ada," terang Sri.
Meskipun, Sri mengakui, akan terasa sedikit mubazir karena harus mengulang dari awal. Namun, keputusan itu diambil karena bisa dipertanggungjawabkan dengan adanya antibodi maksimal yang akan dimiliki masyarakat.
"Misalnya, suntikan pertama Sinovac lalu 9 bulan belum diberi lagi, kemudian kita mau kasih Astrazaneca ternyata tidak sampai maksimal antibodinya, kan kita salah juga. Jadi, kami ambil yang bisa dipertanggungjawabkan, meskipun agak berlebihan dan agak sedikit mubazir, tapi secara keseluruhan akan bisa dipertanggungjawabkan antibodi masuk," tegasnya.
Pemerintah lewat Kemenkes juga sudah meminta masyarakat yang telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19, namun belum mendapatkan suntikan dosis kedua lebih dari enam bulan (drop out) agar mengulang vaksinasi dari awal. Aturan tersebut tertuang dalam surat bernomor SR.02.06/II/921/2022, yang terbit pada 13 Februari 2022.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta warga yang terlambat mendapatkan vaksinasi dosis kedua hingga enam bulan untuk mengulang vaksinnya dari awal. Budi mengatakan, masyarakat harus mendapatkan proteksi vaksin secara lengkap dua dosis.
"Tolong segera dilengkapi vaksinasinya. Jangan tunggu-tunggu lagi, jangan pilih-pilih lagi vaksinnya, langsung disuntik," tegasnya, Senin (14/2/2022).