REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI — Seorang dosen bahasa Inggris yang bekerja sebagai staf pengajar tamu telah mengundurkan diri dari jabatannya. Dia mengundurkan diri karena diminta untuk menanggalkan jilbabnya ketika mengajar di distrik Tumakuru, Karnataka pada Jumat (18/2/2022).
“Ini masalah harga diri saya. Saya tidak bisa mengajar tanpa hijab," kata Chandini setelah berhenti.
Ia berujar, telah bergabung dengan Jain PU College selama tiga tahun. Selama itu pula, tidak ada yang pernah mempermasalahkan jilbabnya
“Saya (biasanya) bekerja dengan normal dengan mudah. Tapi, kemarin kepala sekolah saya menelepon saya dan memberi tahu saya bahwa kelas harus dilakukan tanpa hijab atau syiar agama apapun. Itu melukai harga diri saya dan saya tidak mau lagi bekerja di kampus itu. Makanya saya mengundurkan diri secara sukarela,” ungkapnya dilansir dari The Gulf Today, Sabtu (19/2).
Dalam surat pengunduran dirinya Chandini mengatakan bahwa dia mengundurkan diri karena diminta untuk melepas jilbabnya yang telah dia kenakan selama tiga tahun di kampus. "Hak untuk beragama adalah hak konstitusional yang tidak dapat disangkal oleh siapa pun." ujarnya.
“Saya mengutuk tindakan tidak demokratis Anda,” sambungnya.
Pihak Otoritas perguruan tinggi menolak berkomentar tentang masalah ini. Perselisihan hijab di Karnataka telah berubah menjadi kontroversi besar. Di seluruh negara bagian, mahasiswa mulai bergejolak dan memprotes keputusan manajemen perguruan tinggi yang menolak izin untuk menghadiri kelas dengan mengenakan jilbab.
Pengadilan masih membahas masalah ini, tetapi pemerintah telah menyatakan bahwa setelah putusan, akan keluar aturan khusus tentang penggunaan jilbab di kampus-kampus.
Perguruan tinggi Aligarh melarang masuknya siswa yang tidak berseragam. Perguruan Tinggi Dharma Samaj di Aligarh juga melarang masuknya siswa tanpa seragam yang ditentukan. Arahan itu datang dua hari setelah sekelompok mahasiswa yang mengenakan selendang kunyit mengadakan protes di kampus, menuntut larangan 'hijab' di lingkungan kampus.
Kepala perguruan tinggi, Dr Raj Kumar Verma, mengatakan, mengingat disiplin perguruan tinggi, pemerintah telah mengeluarkan pemberitahuan terkait hal ini.
“Kami tidak akan mengizinkan masuknya mahasiswa dengan wajah tertutup, karena beberapa mahasiswa baru-baru ini terlihat mengenakan jilbab dan burqa di kampus,” katanya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa selendang safron juga tidak akan diizinkan di dalam kampus.