REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Jaksa Penuntut Umum Mesir melakukan penyelidikan terhadap seorang jurnalis terkenal untuk kampanyenya melawan Islamis. Pria itu diselidiki karena mempertanyakan keajaiban Isra Mi'raj yang menurut para ulama dilakukan oleh Nabi Muhammad.
Dilansir dari The New Arab, Ahad (20/2/2022), pria itu, Ibrahim Issa, merupakan seorang pengkritik keras kelompok Ikhwanul Muslimin yang dilarang oleh rezim Presiden Abdel Fattah Al-Sisi. Ia kemudian membuat komentar tersebut dalam sebuah acara di saluran televisi swasta.
Issa menyebut Israa dan Miraj atau perjalanan dari Mekah ke Yerusalem, kemudian naik ke surga adalah kisah yang sepenuhnya khayalan. Dia mengatakan para pengkhutbah Muslim hanya mengutip buku-buku yang mengonfirmasi peristiwa tersebut dan mengabaikan orang lain yang menyangkal hal itu terjadi.
Kepercayaan ini dikatakannya sebagai pandangan Salafi yang dia klaim gagal untuk menawarkan pemahaman yang lebih luas tentang Islam. Otoritas keagamaan tertinggi Mesir, Dar Ifta, mengeluarkan tanggapan tujuh poin pada Sabtu yang menyatakan perjalanan Isra dan Miraj pasti terjadi. Pembuktian itu disebut tidak dapat disangkal dengan cara apa pun.
Pada Sabtu (19/2/2022), jaksa penuntut umum Mesir memerintahkan langkah-langkah penyelidikan ke Issa. Dewan Tertinggi Mesir untuk Peraturan Media juga mengatakan akan menyiapkan laporan untuk mengambil tindakan hukum jika terjadi pelanggaran.
Komentar Issa memicu kontroversi luas di media sosial, termasuk oleh kritikus dan pendukung. Sementara aktor Mesir Mostafa Darwish berhenti syuting film yang ditulis oleh Issa berjudul The Atheist. Seorang pengguna Twitter mengutuk Issa karena meragukan ajaran Islam, sementara yang lain memujinya karena membantu proyek nasional untuk modernisasi dan revolusi melawan kaum fanatik.
Pada November lalu, Issa juga memicu kontroversi setelah mengatakan dia terkejut menemukan seorang apoteker membaca Alquran di apotek. “Membaca Alquran itu indah, tapi sebaiknya membaca buku tentang kedokteran,” kata Issa.
Issa juga seorang kritikus vokal di bawah pemerintahan tiga dekade Hosni Mubarak, yang digulingkan pada 2011.