Oleh : Friska Yolandha, Jurnalis Republika.co.id
REPUBLIKA.CO.ID, Australia pada awal pekan ini resmi membuka perbatasannya bagi warga negara asing (WNA). Wisatawan asing diizinkan masuk kembali ke negara tersebut dengan sejumlah syarat.
Pembukaan itu terjadi setelah hampir dua tahun Australia menutup perbatasan demi mengendalikan Covid-19. Pemerintah secara bertahap membuka demi mendorong pertumbuhan ekonomi yang terpuruk akibat pandemi.
Australia sudah dibuka secara bertahap sejak November. Pertama, negara itu mengizinkan warga negaranya sendiri untuk keluar-masuk. Kemudian, Australia menerima mahasiswa internasional dan pekerja. Baru-baru ini, Australia terbuka bagi seluruh wisatawan.
Wisatawan yang datang tidak perlu dikarantina asalkan sudah mendapatkan dosis penuh vaksinasi Covid-19. Mereka yang belum divaksinasi penuh menjadi pengecualian.
Tak hanya Australia, Malaysia juga siap menyambut kedatangan wisatawan asing mulai awal Maret 2022. Seperti Australia, Malaysia tidak mewajibkan karantina bagi yang sudah divaksinasi dan negatif covid-19.
Vietnam juga telah mencabut aturan pembatasan penerbangan. Bagi yang sudah divaksinasi penuh dapat bepergian dari dan ke Vietnam sejak 15 Februari 2022. Syarat karantina wisatawan Vietnam dikurangi menjadi tiga hari.
Di Eropa, Inggris pun akhirnya menyerah dan menyatakan berdamai dengan Covid-19. Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan segera mencabut segala bentuk pembatasan sosial.
Vaksinasi menjadi pertahanan melawan Covid-19. Seperti diketahui, Inggris adalah negara pertama yang mengizinkan penggunaan Pfizer dan Astrazeneca. Inggris juga menjadi negara pertama yang memvaksinasi 50 persen populasinya dan salah satu negara yang memberikan booster tercepat di Eropa.
Kasus Covid-19 yang terus menurun dan cakupan vaksinasi yang tinggi menjadikan Inggris berada di posisi terkuat untuk belajar hidup berdampingan dengan Covid-19.
Dengan keyakinan itu, Boris mengonfirmasi aturan terkait pembatasan akan berakhir pada 24 Februari dan memperlakukan Covid-19 sebagai penyakit menular lainnya seperti flu. Pembatasan domestik yang tersisa akan dihaput. Peraturan isolasi mandiri berakhir, namun disarankan bagi yang masih dites positif untuk tetap di rumah.
Pemerintah Inggris juga menyatakan bantuan isolasi mandiri dan pendanaan untuk layanan obat tidak lagi tersedia. Orang yang divaksinasi lengkap tidak lagi disarankan untuk tes jika menjadi kontak erat.
Inggris nampaknya menjadi negara pertama yang menghapus segala aturan dan kembali ke 'normal'. Negara ini sudah benar-benar legowo dengan kehadiran Covid-19 dan tidak lagi memperlakukannya sebagai 'penyakit mematikan'.
Namun, keputusan ini terjadi ketika masih ditemukannya varian baru yang lebih parah dari omicron. Pakar kesehatan Inggris Sir Patrick Vallance mengatakan pandemi masih jauh dari selesai. Kemungkinan akan ada lebih banyak varian baru. Tidak ada jaminan varian baru tersebut memiliki tingkat keparahan yang lebih tinggi atau lebih rendah dari omicron.
Terlepas dari itu, negara-negara yang memutuskan melonggarkan aturan perbatasannya memiliki alasan yang sama: ekonomi. Pembatasan membuat ekonomi sulit bergerak secepat kondisi normal. Dua tahun pandemi membuat aktivitas bisnis tersendat dan menyebabkan kekacauan. Sudah saatnya kembali bangkit dan berdamai dengan Covid-19.
New normal, begitu istilahnya. Masyarakat diminta terus mengikuti anjuran kesehatan, memperlakukan Covid-19 seperti penyakit menular lainnya, demi meminimalkan kemungkinan tertular. "Ini termasuk membiarkan udara segar saat bertemu di dalam ruangan, menggunakan masker di keramaian, dan mencuci tangan," Boris Johnson berpesan.
Bagaimana dengan Indonesia? Sudah siapkah pemerintah dan masyarakat untuk berdamai dengan Covid-19?