REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Desa Berdaya Sejahtera Indonesia (BSI) berhasil meningkatkan pendapatan petani lokal. Program dari Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat (Yayasan BSMU) bersama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) ini telah meningkatkan aset kelompok petani dari bantuan awal hanya Rp 2,5 miliar, saat ini telah dikembangkan menjadi Rp 4,2 miliar.
Penerima manfaat di sekitar desa binaan juga kini telah menyalurkan zakatnya sebanyak 20,2 ton hasil tani atau Rp 89 juta yang disalurkan melalui Yayasan BSMU. Hal ini merupakan manifestasi keberhasilan program dan peningkatan perekonomian masyarakat.
"Peningkatan aset kelompok tani ini berpengaruh berpengaruh ke pendapatan rata rata petani lokal di Lampung," kata Direktur Eksekutif Yayasan BSMU, Sukoriyanto Saputro dalam keterangan pers, Jumat (25/2).
Ia menjelaskan program Desa BSI telah memberikan manfaat ke berbagai stakeholder salah satunya adalah pembukaan akses bank dengan penambahan 152 rekening. Hal ini mendukung terciptanya budaya transaksi non tunai dan membiasakan petani mengelola keuangan keluarga dengan baik.
Group Head Change Management and Transformation Office BSI, sekaligus Ketua Umum Dewan Pengurus Yayasan BSMU, Suhendar menyampaikan program Desa BSI diharapkan bisa memenuhi cita-cita besar untuk mensejahterakan masyarakat dan mewujudkan dampak sosial berkelanjutan. Sesuai dengan komitmen Maqasid Syariah yang meliputi People, Planet dan Profit.
Secara umum, Desa BSI bertujuan untuk meningkatkan pendapatan mustahik dan naik kelas menjadi muzakki. Indikator keberhasilan program pertanian di desa adalah naiknya pendapatan kepala keluarga minimal satu kali dari pendapatan awal.
Selain itu, keunggulan program ini adalah penerapan model pertanian ramah lingkungan yang dikelola dari hulu ke hilir oleh kelompok tani itu sendiri. Di akhir program, Yayasan BSMU bersama BSI berhasil meningkatkan kesejahteraan petani dengan 100 persen rumah tangga miskin berpindah menjadi rumah tangga sejahtera serta masuknya 52 kepala keluarga mitra.
"Yayasan BSMU dan BSI juga berhasil mendorong sistem jaminan sosial swadaya dengan adanya alokasi CSR kelompok petani, pinjaman darurat serta aktivitas sosial lainnya," katanya.
Petani juga sudah mulai memperluas produksi, yang tadinya hanya empat ton per hari menjadi delapan ton per hari. Perluasan bisnis juga ditambah dengan adanya bisnis benih pertanian organik serta perluasan pangsa pasar.
Di awal program, banyak perubahan-perubahan yang terjadi dan yang paling signifikan adalah luas lahan yang tadinya hanya 25 hektar berkembang menjadi 81 hektar. Penjualan produk hingga 672 ton yang didukung oleh mitra-mitra Gapsera.
"Omset petani Desa BSI Lampung mengalami peningkatan 2.200 persen, yang saat ini senilai Rp 6,7 miliar serta peningkatan keuntungan bersih pabrik sebanyak Rp 757 juta," katanya.
Program pemberdayaan wilayah binaan ini difokuskan untuk pengembangan klaster usaha di wilayah desa baik di sektor pertanian, peternakan dan perkebunan. Desa BSI dilakukan dengan pendampingan intensif baik teknis maupun pendekatan dakwah islam.
Saat ini Yayasan BSMU bersama BSI memiliki enam desa BSI. Sebanyak enam desa BSI ini adalah Klaster Pertanian Padi Desa Rejo Asri Lampung, Klaster Peternakan Kambing Desa Kedarpan Purbalingga, Klaster peternakan sapi Desa Jati Trenggalek, dan Klaster Pertanian Mina Padi Desa Candi Binangun Yogyakarta.
Pada tahun 2022 Yayasan BSMU dan BSI berencana meluncurkan Desa BSI pertama ada di Provinsi Aceh dan kedua ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Khusus untuk Desa BSI di Lampung, tercatat telah memenangkan penghargaan lingkungan Kalpataru untuk pertanian organik dan ramah lingkungan di 2019.
Selain itu, Desa BSI Lampung pada 2021 juga telah mengirimkan duta petani milenial dan duta petani dari Kementerian Pertanian. Ini menjadi salah satu program yang sudah memasuki periode exit.
--
Lida Puspaningtyas