Ahad 27 Feb 2022 13:47 WIB

Daging Sapi Rp 150 Ribu per Kilogram, Pedagang Daging Sapi: Yang Penting Harga Turun

Tingginya harga daging sapi menyebabkan sulitnya penjualan

Rep: eva rianti/ Red: Hiru Muhammad
Tampak suasana tempat penjualan daging di pasar modern BSD Serpong, Tangsel beberapa waktu lalu
Foto: eva rianti
Tampak suasana tempat penjualan daging di pasar modern BSD Serpong, Tangsel beberapa waktu lalu

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN – Sejumlah pedagang daging sapi di Pasar Modern BSD Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mengaku belum memperoleh informasi tidak jadinya aksi mogok berdagang pada Senin (28/2) hingga Jumat (4/3). Pedagang mengatakan belum mendapatkan surat edaran terbaru mengenai informasi tersebut, sehingga kemungkinan tidak ada penjualan daging sapi lima hari ke depan di pasar itu. 

“Belum ada informasi soal pembatalan mogok. Sampai lima hari ke depan diliburkan,” ujar Aldo (22 tahun), salah satu pedagang di Pasar Modern BSD, Serpong, Tangsel, Ahad (27/2).

Baca Juga

Dia mengatakan, rencana aksi mogok yang dilakukan para pedagang daging sapi lantaran harga komoditas tersebut terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Saat ini, harga daging sapi di Pasar Modern BSD diketahui berkisar di angka Rp 150 ribu per kilogram (kg).

Aldo mengaku tingginya harga daging sapi menyebabkan sulitnya penjualan. Para pembeli atau pelanggan, kata dia, menjadi berkurang karena faktor kenaikan harga daging sapi yang mencekik.“Sekarang harganya Rp 150 ribu, naik sekitar 15 persen dari harga normalnya. Kalau melonjak begini enggak turun-turun kan tetap saja susah jualnya, pembeli jelas berkurang,” ungkapnya.

Aldo berharap pemerintah bisa memperhatikan pergerakan harga daging sapi yang terus mengalami kenaikan. Diharapkan ada upaya untuk menurunkan harga daging sapi agar para pedagang dapat mudah menjualnya kepada para pembeli dan pelanggan.  “Pengennya sih enggak (demo atau mogok), tapi minta harga turun. Demo sih sebenarnya enggak terlalu penting, tapi penurunan harga itu harus, ke harga normal. Turun 10 persen juga enggak papa,” ungkapnya.

Senada, pedagang daging sapi lainnya, Jamaluddin (46) mengaku kesulitan berjualan dengan harga daging sapi yang tinggi. Aksi mogok yang direncanakan digelar, menurutnya, merupakan aksi protes atas tingginya harga komoditas tersebut.“Keberatan sekali dengan harga yang tinggi. Kalau enggak keberatan ya enggak mogok, sudah pasti lancar-lancar semua. Tergantung di atasnya, kita mah di bawahnya kalau dari sononya murah, masak di sini dijual mahal,” ujarnya.  

Lebih lanjut, Jamal menyebut aksi mogok pedagang daging sapi yang direncanakan berlangsung lima hari ke depan kemungkinan akan dilakukan, sampai ada informasi keputusan terbaru yang diterima. “Kita mah mengikuti saja (mogok atau tidak mogok). Intinya harapannya mudah-mudahan sih bisa turun lagi harganya kayak kemarin-kemarin.

Sebelumnya, Ketua Jaringan Pemotongan dan Pedagang Daging Indonesia (JAPPDI) Asnawi menyampaikan pemotong dan pedagang sapi di bawah organisasinya menyatakan tidak jadi mogok jualan karena tuntutan sudah dipenuhi oleh pemerintah. “Kami bersama pengurus Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) serta anggota menyatakan tidak ada aksi mogok,” kata Asnawi di Jakarta, Sabtu (26/2).

Asnawi menyampaikan, sebelumnya JAPPDI ikut mendukung aksi libur berdagang yang diserukan, namun setelah mendapat jalan keluar dan terpenuhi tuntutannya, maka JAPPDI menolak aksi mogok jualan dan bahkan menginstruksikan kepada pemotong dan pedagang sapi untuk tetap berjualan seperti biasa. Menurut Asnawi, JAPPDI meminta meminta pemerintah untuk mengintervensi adanya fluktuasi harga daging sapi yang mengalami kenaikan sejak Desember 2021 hingga Februari 2022. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement