REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS), memprediksi terdapat peningkatan luas panen padi periode Januari-April 2022 yang diikuti dengan kenaikan produksi gabah dan beras. Koordinator Nasional, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah menilai, situasi lapangan saat ini memang sangat mendukung adanya peningkatan produksi.
"Saya kira prediksi itu wajar, melihat situasi lapangan juga tidak terlalu banyak rintangan. Ada masalah namun masih terkait pupuk," kata Said kepada Republika, Selasa (1/3/2022).
Meski demikian, besar peningkatan produksi masih belum diketahui. Peningkatan produksi, yang pasti, akan dicapai jika tidak terdapat gangguan serius di tengah para petani.
Said menuturkan, cuaca selama 2021 cenderung mengalami kemarau basah sehingga membuat banyak daerah sentra produksi memiliki cadangan air. Hal itu memacu para petani untuk tanam lebih cepat sehingga produksi beras, setidaknya periode Januari-April tahun ini mengalami kenaikan.
Ia pun meminta pemerintah untuk dapat mengamankan ketersediaan pupuk bagi petani. Sebab, pupuk sekaligus benih menjadi salah satu faktor penting untuk dapat menjaga bahkan meningkatkan produksi padi nasional.
Diketahui, berdasarkan hasil penghitungan Kerangka Sampel Area (KSA) oleh BPS, total luas panen Januari-April tahun ini diperkirakan mencapai 4,81 juta hektare (ha) atau naik 8,58 persen dari periode sama 2021.
Seiring dengan proyeksi kenaikan luas panen musim pertama tahun ini, total produksi gabah kering giling (GKG) diperkirakan tembus 25,4 juta ton. Angka itu meningkat signifikan sebesar 7,7 persen dari produksi periode sama tahun lalu yang hanya 23,58 juta ton.
Kenaikan pada GKG lantas akan berdampak pada bertambahnya produksi beras di level hilir. BPS mencatat, produksi beras Januari-April 2022 diperkirakan sebanyak 14,63 juta ton atau naik 7,7 persen dari Januari-April 2021 sebesar 13,58 juta ton.