Selasa 01 Mar 2022 19:09 WIB

AS Tolak Usulan Ukraina Soal Zona Larangan Terbang Pesawat Rusia

Larangan terbang bakal memposisikan Washington pada konflik langsung dengan Moskow.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan AS menolak seruan Ukraina soal penerapan zona larangan terbang bagi pesawat Rusia
Foto: AP/Andrew Harnik
Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan AS menolak seruan Ukraina soal penerapan zona larangan terbang bagi pesawat Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) telah mengesampingkan penerapan zona larangan terbang bagi pesawat Rusia di atas Ukraina. Keputusan itu diambil setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak negara-negara Barat untuk mempertimbangkan tindakan semacam itu guna menghentikan aksi pemboman oleh Moskow.

Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengungkapkan, AS menolak seruan Ukraina soal penerapan zona larangan terbang bagi pesawat Rusia. Dia menyebut, langkah demikian bakal memposisikan Washington pada konflik langsung dengan Moskow. “Presiden (Joe Biden) sudah sangat jelas bahwa dia tidak berniat mengirim pasukan AS untuk berperang dengan Rusia,” kata Psaki, Senin (28/2/2022).

Psaki menjelaskan, zona larangan terbang yang diserukan Zelensky membutuhkan implementasi. Pasukan AS perlu dikerahkan untuk proses tersebut. Jika situasinya demikian, AS berpotensi terlibat perang langsung dengan Rusia. “Ini merupakan sesuatu yang tidak kami rencanakan untuk menjadi bagian darinya,” ujarnya.

Zelensky mengatakan, sejak 24 Februari lalu, Rusia telah meluncurkan 56 serangan roket dan menembakkan 113 rudal jelajah. Meski telah menyerukan zona larangan terbang bagi pesawat Rusia, Zelensky memang tak menjelaskan bagaimana dan oleh siapa kebijakan semacam itu diberlakukan.

Zelensky mengungkapkan, meski delegasi Ukraina dan Rusia bertemu di perbatasan Belarusia untuk bernegosiasi, Moskow tak menghentikan serangannya ke kota-kota Ukraina. “Saya percaya bahwa Rusia sedang mencoba untuk menerapkan tekanan dengan cara yang tidak halus ini. Jangan membuang waktu. Kami tidak menerima taktik seperti itu. Negosiasi yang adil dapat terjadi ketika satu pihak tidak menyerang pihak lain dengan artileri roket pada saat negosiasi,” ucapnya.

Pembicaraan antara Ukraina dan Rusia telah berakhir tanpa kesepakatan. Kendati demikian, Moskow dan Kiev sepakat mengadakan pertemuan lanjutan dalam waktu dekat.

Pemimpin delegasi Rusia, Vladimir Medinsky, mengungkapkan, pembicaraan dengan perwakilan Ukraina berlangsung selama hampir lima jam. Dia menyebut, kedua belah pihak menemukan poin-poin tertentu di mana posisi bersama “diramalkan”. Namun dia tak menjelaskan terperinci tentang poin-poin tersebut.

Sementara itu, penasihat utama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykahilo Podolyak, mengungkapkan, dalam pembicaraan dengan Rusia, salah satu isu yang dibahas adalah kemungkinan gencatan senjata. Kendati demikian, Podolyak tak menjelaskan bagaimana sikap Rusia atas usulan tersebut.

Karena pembicaraan belum mencapai membuahkan hasil, negosiasi putaran kedua bakal dilangsungkan dalam waktu dekat. “Pertemuan berikutnya akan berlangsung dalam beberapa hari mendatang di perbatasan Polandia-Belarusia, ada kesepakatan untuk (pertemuan) itu,” ujar Podolyak.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement