Rabu 02 Mar 2022 10:10 WIB

IHSG Dibuka Menguat, Harga Saham-Saham Ini Melesat

Kenaikan IHSG pagi ini ditopang oleh saham-saham tambang dan energi.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Nidia Zuraya
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi). IHSG dibuka di zona hijau pada perdagangan Rabu (2/3/2022). IHSG melanjutkan kenaikan ke level 6.956,61 setelah ditutup menguat pada perdagangan sebesar 0,48 persen di level 6.921,44.
Foto: Prayogi/Republika
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi). IHSG dibuka di zona hijau pada perdagangan Rabu (2/3/2022). IHSG melanjutkan kenaikan ke level 6.956,61 setelah ditutup menguat pada perdagangan sebesar 0,48 persen di level 6.921,44.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Rabu (2/3/2022). IHSG melanjutkan kenaikan ke level 6.956,61 setelah ditutup menguat pada perdagangan sebesar 0,48 persen di level 6.921,44.

Kenaikan IHSG pagi ini ditopang oleh saham-saham tambang dan energi yang melesat signifikan. Saham INDY pagi ini menguat sebesar 7,8 persen ke level 2.750, TINS naik 3,46 persen ke level 1.645, MEDC meningkat 3,28 persen ke level 630 dan ADRO naik 2,70 persen ke level 196.

Baca Juga

Meski dibuka naik, pergerakan IHSG diperkirakan akan cenderung melemah hari ini. Hal ini sejalan dengan indeks saham di Asia yang mayoritas melemah mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam di mana DJIA, S&P 500 dan NASDAQ semua di tutup turun sekitar 1,5 persen.

Menurut riset, gangguan yang disebabkan oleh sanksi ekonomi telah menimbulkan pertanyaan mengenai dampak krisis Rusia-Ukraina terhadap pertumbuhan dan tingkat inflasi global. "Investor mengkhawatirkan peningkatan serangan Rusia terhadap Ukrania dan dampak dari sanksi ekonomi yang telah dijatuhkan dunia barat atas Rusia," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Rabu (2/3/2022). 

Harga komoditas yang tinggi berpotensi menjadi faktor pemberat dalam pertumbuhan ekonomi global dan dapat memicu inflasi di seluruh dunia. Kondisi ini akan membuat bank-bank sentral besar di dunia merasa perlu memperketat kebijakan moneter lebih cepat dari yang sudah mereka rencanakan sebelumnya.  

"Pukulan terhadap pertumbuhan ekonomi global akan lebih keras lagi jika ternyata risiko geopolitik memperketat kondisi finansial global sehingga menambah ketidakpastian bagi dunia usaha," tulis riset. 

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury note) bertenor 10 tahun turun 11,8 bps menjadi 1,72 persen. Menurut riset, penurunan tersebut terjadi karena investor mulai mempertimbangkan semakin besarnya risiko resesi ekonomi global. 

Di pasar komoditas, harga minyak mentah mengalami lonjakan dengan harga kontrak berjangka (futures) minyak mentah jenis WTI menembus USD100 pwr barel untuk pertama kali sejak Juni 2014. Lonjakan harga ini terjadi meskipun International Energy Agency (IEA) setuju untuk merilis 60 juta baerl dari persediaan global untuk menolong meredakan tekanan pada pasar energi yang sebelum konflik Rusia- Ukraina pecah pun sudah cukup ketat. 

Dari sisi makroekonomi, untuk hari ini investor menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi (PDB) kuartal IV 2021 Australia, data perhitungan awal (Flash) inflasi bulan Februari zona Euro dan data pasar tenaga kerja AS (ADP Employment Report) untuk bulan Februari. 

Investor juga tentunya akan memantau penampilan ketua bank sentral AS (Federal Reserve) Jerome Powell di depan Komite Jasa Keuangan DPR AS hari ini dan di depan Komite Perbankan DPD AS pada hari Kamis. "Investor ingin mengetahui bagaimana situasi geopolitik mempengaruhi pandangan Federal Reserve berkaitan dengan kenaikan suku bunga dan pengetatan kebijakan moneter untuk tahun ini," tulis riset. 

Di tengah berbagai sentimen ini, Phillip Sekuritas Indonesia menyampaikan rekomendasi teknikal sejumlah saham.

Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP)  

Short Term Trend  : Bullish 

Medium Term Trend  : Bullish 

Trade Buy           : 402 

Target Price 1   : 426 

Target Price 2   : 444 

Stop Loss           : 380  

Mahaka Radio Integra (MARI) 

Short Term Trend  : Bearish 

Medium Term Trend  : Bearish 

Trade Buy           : 336-338 

Target Price 1   : 360 

Target Price 2   : 372 

Stop Loss           : 316 

Chandra Asri Petrochemical (TPIA) 

Short Term Trend  : Bullish 

Medium Term Trend  : Bullish 

Trade Buy           : 9300 

Target Price 1   : 9775 

Target Price 2   : 10025 

Stop Loss           : 8825 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement