REPUBLIKA.CO.ID, LVIV -- Gubernur Regional Oleg Synegubov mengatakan sebanyak 21 orang tewas dan 112 terluka dalam serangan di Kota Kharkiv, Rabu (2/3/2022). Pihak berwenang mengatakan rudal-rudal Rusia menghantam kota terbesar kedua di Ukraina itu, termasuk pemukiman penduduk dan gedung-gedung pemerintahan regional.
Sebelumnya kantor berita RIA melaporkan Menteri Luar Negeri Rusia Lavrov mengatakan bila Perang Dunia III terjadi maka akan melibatkan senjata nuklir dan destruktif. Lavrov mengatakan Rusia yang melancarkan invasi ke Ukraina pekan lalu akan menghadapi "bahaya nyata" bila Kiev memiliki senjata nuklir.
Ribuan warga Ukraina menghindari serangan rudal-rudal Rusia dengan menyeberang ke perbatasan-perbatasan negara tetangga. Pasukan Rusia juga dikabarkan semakin mendekat ke Kiev. Walikota Kiev Vitali Klitschko mengatakan pasukan Rusia semakin dekat dengan ibukota.
"Kami siap dan akan mempertahankan Kiev, Kiev bertahan dan akan bertahan," kata mantan petinju profesional itu dalam unggahannya di internet.
Negara-negara Barat mempercepat pengiriman bantuan kemanusiaan dan militer. Sementara terus menekan perekonomian Rusia dengan sanksi-sanksi agar Moskow tidak dapat membiayai perang. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak tahu "apa yang akan datang."
Awalnya pasukan Rusia gagal dapat merebut kota-kota besar dengan cepat. Pengamat Barat mengatakan tampaknya Moskow mengubah taktik dengan melepaskan tembakan rudal untuk menghancurkan perlawanan sengit dari pasukan dan rakyat Ukraina yang gigih.
PBB memperkirakan sudah hampir 700 ribu orang Ukraina mengungsi ke negara tetangga. Badan Pengungsi PBB memperingatkan Eropa akan mengalami krisis pengungsi terburuk pada abad ini. Sudah hampir hampri satu pekan sejak invasi yang Putin sebut "operasi militer khusus" digelar tapi tidak ada tanda-tanda gelombang pengungsi mereda.
Di perbatasan antara Ukraina dan Hungaria, seorang ibu bernama Julia dari Kiev mendekap bayinya yang mengenakan topi wol untuk melawan dingin. Ia mengatakan ia meninggalkan suami untuk bertempur dan tiga temannya tewas terkena serangan rudal di hari ia mengungsi.
"Saya menghabiskan satu malam di ruang bawah tana dan kemudian kami pindah berjalan kaki ke stasiun kereta, bila saya tidak memiliki anak saya akan bertahan dengan suami saya," kata perempuan berusia 32 tahun itu.