Jumat 04 Mar 2022 13:38 WIB

Vaksinasi, Indikator Layaknya Pandemi Covid-10 Beralih jadi Endemi

Secara umum dengan target 1.952.000, Kota Bandung baru mencapai 15 persen vaksinasi.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agus Yulianto
Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bandung Yana Mulyana di Balai Kota Bandung.
Foto: Republika/M Fauzi Ridwan
Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Bandung Yana Mulyana di Balai Kota Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG --  Salah satu indikator dapat beralihnya status pandemi menjadi endemi adalah ketika tercapainya target vaksinasasi 100 persen. Di Kota Bandung, vaksinasi dosis pertama telah mencapai 112 persen, dosis kedua telah mencapai 100 persen, dan dosis ketiga telah mencapai 15 persen. 

“Meskipun untuk nakes kita sudah tinggi sekali (pencapaian vaksinasi boosternya), sudah di atas 100 persen, lansia juga cukup tinggi. Tapi secara umum dengan target 1.952.000 kita baru mencapai 15 persen saja,” kata Plt Wali Kota Bandung Yana Mulyana kepada wartawan seusai kegiatan Bandung Menjawab di Gedung Balai Kota Bandung, Jumat (4/3/2022). 

“Kalau berdasarkan teori, vaksinasi ini salah satu indikator ya (pandemi ke endemi), tapi kami sampaikan kembali bahwa untuk sampai kesana, tentu kita butuh keputusan dari pemerintah pusat dan kajian dari para ahli,” sambungnya.

Untuk membentuk kekebalan yang kuat, Yana menyarankan, masyarakat untuk segera mengambil bagiannya dalam program vaksinasi, merujuk pada fungsi vaksin dalam pembentukan sistem proteksi imun tubuh. Terkait program percepatan vaksinasi dosis ketiga (booster), kata Yana, semakin terbantu dengan adanya perubahan rentang waktu pengambilan vaksin dosis ketiga dari dosis kedua yang diringkas menjadi tiga bulan saja. 

“Pemerintah pusat juga sudah menyampaikan bahwa tadinya jarak dosis dua ke tiga itu sembilan bulan tapi Sekarang sudah jadi tiga bulan aja, jadi mudah mudahan, ini bisa jadi ikhtiar kita lewat proses vaksinasi,” ujar Yana.

Namun, kata dia, ini membutuhkan dukungan dari masyarakat dalam penerapan prokesnya dan menumbuhkan kesadaran untuk melakukan isoman saat mengalami gejala. Sehingga, rantai penularan bisa terputus. 

Di sisi lain, tingkat kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan yang masih rendah. Hal ini, dapat diantisipasi dengan senantiasa menggunakan masker, dibarengi dengan konsistensi seluruh pihak untuk mewajibkan penggunaan aplikasi pedulilindungi sebagai akses utama perizinan masuk ruang publik. 

Dikatakan Yana, salah atau aplikasi yang wajib digunakan bagi warga yang diberi relaksasi adalah pedulilindungi. "Itu yang harus konsisten kita tegakkan karena dengan menggunakan pedulilindingi kita bisa tau status setiap orang yang masuk, apakah dia hijau, kuning, merah atau hitam,” tuturnya.

Terkait penggunaan masker, dia menegaskan, meski Kota Bandung mendukung peralihan status dari pandemi ke endemi, namun kewajiban memakai masker akan tetap ditegakkan. Menurutnya, menggunakan masker adalah cara terampuh dalam menghalau penyebaran infeksi Covid-19. 

“Kuncinya satu satunya adalah prokes, karena kalau sudah endemi, relaksasi apapun harus buka, aktivitas warga itu harus berjalan seperti sebelum pandemi, tapi bedanya adalah prokes harus tetap dilakukan salah satunya masker karena penyebarannya bisa dihindari dengan memakai masker,” kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement