Senin 07 Mar 2022 08:58 WIB

Paus Fransiskus: Perang Itu Gila, Tolong Hentikan

Paus tolak istilah operasi militer khusus dan menyebutnya perang

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Paus Fransiskus menolak penggunaan istilah 'operasi militer khusus' dan menyebutnya perang
Foto: AP/Andrew Medichini
Paus Fransiskus menolak penggunaan istilah 'operasi militer khusus' dan menyebutnya perang

REPUBLIKA.CO.ID, VATICAN CITY - Paus Fransiskus pada Ahad (6/3/2022) menolak penggunaan istilah 'operasi militer khusus' oleh Rusia untuk invasinya ke Ukraina. Ia menegaskan bahwa Ukraina tengah dilanda perang dan mendesak untuk segera diakhirinya pertempuran.

"Di Ukraina, sungai darah dan air mata mengalir. Ini bukan hanya operasi militer tetapi perang yang menabur kematian, kehancuran dan kesengsaraan," kata paus dalam pidato mingguannya kepada orang-orang yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus.

Baca Juga

Komentar tersebut adalah pesan yang paling kuat yang pernah disampaikan Paus tentang kekerasan tersebut. Meskipun, seperti yang terjadi selama konflik, dia tidak mengutuk Rusia dengan menyebut namanya. Sebaliknya, ia mengulangi seruannya untuk perdamaian, penciptaan koridor kemanusiaan dan kembalinya negosiasi.

"Di negara yang mati syahid itu, kebutuhan akan bantuan kemanusiaan meningkat dari waktu ke waktu," kata Paus, berbicara dari jendela yang menghadap ke alun-alun. "Perang itu gila, tolong hentikan."

Sehari setelah Rusia melancarkan invasi, Paus Fransiskus pergi sendiri ke kedutaan Rusia untuk menyampaikan keprihatinannya. Langkah Paus ini merupakan suatu penyimpangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari protokol diplomatik biasa.

Rusia mengatakan operasi militernya tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer Ukraina. Pihaknya juga megeklaim operasi khusus ini untuk menangkap apa yang dianggapnya sebagai penguasa nasionalis yang berbahaya.

Lebih banyak orang dari biasanya berkumpul di depan Basilika Santo Petrus untuk mendengarkan ceramah mingguan Paus pada Minggu. Beberapa dari mereka memegang bendera perdamaian multi-warna serta bendera biru dan kuning Ukraina.

"Takhta Suci bersedia melakukan segalanya untuk menempatkan dirinya dalam pelayanan perdamaian," kata paus. Dia menambahkan bahwa dua kardinal Katolik Roma telah pergi ke Ukraina untuk membantu mereka yang membutuhkan, yakni Konrad Krajewski dari Polandia dan Michael Czerny dari Kanada.

Duta besar Ukraina untuk Vatikan Andriy Yurash mengatakan, bahwa dia sangat, sangat lega bahwa Paus Fransiskus menyebut konflik itu sebagai perang. "Bahkan jika paus tidak mengucapkan kata 'Rusia', semua orang di dunia tahu siapa agresor yang menyerang kita dan siapa yang memulai perang tak beralasan ini," katanya.

Paus juga mengucapkan terima kasih kepada wartawan yang meliput pertempuran meskipun ada bahaya, untuk melaporkan kekejaman dan penderitaan yang dialami.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement