REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Pertempuran antara Rusia dan Ukraina kian sengit. Ukraina berusaha untuk mempertahankan wilayahnya dari invasi pasukan Moskow. Sementara negara Barat dan sekutu yang tak mau ikut langsung dalam pertempuran, memilih memasok senjata ke Ukraina.
Australia, termasuk salah satu di antara negara yang memasok senjata ke Ukraina. Bahkan menurut Perdana Menteri Australia Scot Morrison, rudal mereka kini sudah ada di medan tempur.
"Misil kita sudah ada di lapangan saat ini," ujarnya, Senin (7/3/2022), seperti dilansir Aljazirah.
Pekan lalu, Australia menjanjikan Ukraina bantuan 50 juta dolar AS dalam bentuk misil, amunisi, dan peralatan tempur lain untuk melawan invasi Rusia.
Morrison juga menyoroti soal hubungan Rusia dan China yang bersifat oportunistik dibandingkan strategis. Ia melabelisasi hubungan itu sebagai 'busur autokrasi'. "China dan Rusia memilih tatanan dunia baru daripada yang ada saat ini sejak Perang Dunia II."
Morrison mengkritik Beijing yang tak mau mengecam aksi invasi Ukraina. Sementara itu, Pemerintah Inggris kembali mengucurkan bantuan senilai 100 juta dolar AS untuk Ukraina. Inggris berjanji melanjutkan upayanya menggalang opini internasional untuk menentang invasi Rusia ke Ukraina.
Menurut pernyataan yang dirilis Downing Street pada Ahad (6/3/2022), dana bantuan senilai 100 juta dolar AS itu bakal diberikan melalui Bank Dunia. Dana tersebut merupakan tambahan dari bantuan senilai 290 juta dolar AS secara keseluruhan untuk Ukraina. Bantuan terbaru bakal digunakan untuk menjaga fungsi utama negara tetap beroperasi.
“Sementara hanya (Presiden Rusia Vladimir) Putin yang dapat sepenuhnya mengakhiri penderitaan di Ukraina, pendanaan baru hari ini akan terus membantu mereka yang menghadapi situasi kemanusiaan yang memburuk,” kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Ahad.