Selasa 08 Mar 2022 18:03 WIB

Tolak Desakan Kritik Invasi Rusia, PM Pakistan: Anda Anggap Kami Budak? 

PM Pakistan menolak permintaan Uni Eropa untuk kritik invasi Rusia

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
 Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, mengatakan negaranya menolak permintaan kritik invasi Rusia
Foto: AP/Rahmat Gul
Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, mengatakan negaranya menolak permintaan kritik invasi Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD— Perdana Menteri (PM) Pakistan Imran Khan mengecam kritik Uni Eropa terhadap negaranya karena penolakannya untuk berbicara menentang invasi Rusia ke Ukraina. 

Dia mengatakan negara-negara Eropa harus menghentikan kritik mereka terhadap Pakistan atas keputusannya untuk tetap 'netral' dalam masalah ini. 

Baca Juga

"Anda anggap kami apa? Budak Anda? Bahwa kami harus melakukan apa pun yang Anda katakan?"  katanya dalam rapat umum politik dilansir dari The New Arab, Senin (7/3/2022). 

Komentarnya merupakan tanggapan atas surat tertanggal 1 Maret oleh 22 utusan asing yang berbasis di Pakistan yang mendesak Islamabad untuk menegur Moskow atas invasi ke Ukraina sebelum pemungutan suara di Majelis Umum PBB (UNGA) pada 2 Maret. 

Pakistan akhirnya abstain dari pemungutan suara di UNGA, sementara mayoritas negara mengutuk tindakan keji Moskow terhadap tetangganya. 

"Saya ingin bertanya kepada duta besar Uni Eropa: Apakah Anda menulis surat seperti itu ke India?," kata Imran Khan yang mencatat bahwa New Delhi juga tidak secara langsung mengutuk Moskow. 

Pakistan berada di bawah tekanan untuk mengutuk serangan Rusia di Ukraina, terlebih Khan sempat ke ibu kota Rusia ketika invasi diluncurkan. 

Pakistan telah menjadi sekutu tradisional Arab Saudi dan Amerika Serikat, tetapi juga memiliki hubungan yang berkembang dengan Rusia. 

Islamabad juga telah dibuat marah oleh intervensi Amerika Serikat di Asia Selatan, termasuk invasi ke Afghanistan pada 2001, menggulingkan pemerintah Taliban yang didukung Pakistan dan menyebabkan kekerasan meluas ke perbatasan Pakistan.

Islamabad merasa sangat dikhianati oleh pembunuhan Amerika Serikat atas Osama bin Laden di Pakistan, di mana Presiden Obama memilih untuk tidak berbagi intelijen dengan sekutunya.    

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement