REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu menyebut Turki telah menampung lebih dari 20 ribu warga Ukraina sejak dimulainya invasi Rusia ke negara itu. Warga Ukraina dapat memasuki Turki di bawah program bebas visa yang memungkinkan mereka untuk tinggal hingga 90 hari.
"Kami tidak mendiskriminasi ras apa pun, terlepas dari apakah mereka memiliki rambut pirang dan mata biru. Kami adalah Muslim dan kami merangkul para korban dari manapun mereka berasal," kata Soylu, dikutip dari The New Arab, Selasa (8/3/2022).
Dia juga mengkritik negara-negara Barat dan Dewan Keamanan PBB yang terus menyerang Presiden Recep Tayyip Erdogan yang mengkritik sistem yang mengutamakan lima kekuatan dunia atas negara-negara lain.
"Di mana Dewan Keamanan Anda? Silakan selesaikan masalah ini," kata Soylu.
Pernyataan Soylu datang ketika negara-negara Eropa bergegas untuk mengakomodasi arus keluar pengungsi dari Ukraina saat serangan militer Rusia berlanjut. Sementara perlakuan serupa tidak dilakukan untuk pengungsi dari negara lain.
Invasi Rusia telah memaksa 2 juta orang meninggalkan rumah mereka, kata badan pengungsi PBB, sebagian besar mencari perlindungan di negara-negara tetangga.
Badan pengungsi PBB UNHCR mengatakan 2.011.312 orang telah melarikan diri sejak Rusia melancarkan serangan brutal di Ukraina pada 24 Februari, dengan Polandia menampung sekitar 1,3 juta pengungsi Ukraina.
Sementara itu, Inggris hanya mengeluarkan visa untuk 300 warga Ukraina. Sebagian besar pengungsi melarikan diri dari pemboman Rusia di kota-kota padat, seperti Kyiv dan Kharkiv, dengan ribuan warga sipil diyakini tewas dalam penembakan dan tembakan roket.