Kamis 10 Mar 2022 12:55 WIB

Pemerintah Kota Berencana Buka Kembali Hong Kong

Total kasus infeksi Hong Kong menjadi sekitar 600 ribu termasuk 2.800 kasus kematian.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Warga mengantre untuk tes virus corona di pusat pengujian sementara COVID-19 di Hong Kong, Kamis, 24 Februari 2022. Hong Kong mulai membutuhkan bukti vaksinasi pada Kamis untuk memasuki tempat-tempat umum seperti restoran, supermarket, dan perbelanjaan mal.
Foto: AP/Vincent Yu
Warga mengantre untuk tes virus corona di pusat pengujian sementara COVID-19 di Hong Kong, Kamis, 24 Februari 2022. Hong Kong mulai membutuhkan bukti vaksinasi pada Kamis untuk memasuki tempat-tempat umum seperti restoran, supermarket, dan perbelanjaan mal.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pemimpin Kota Hong Kong Carrie Lam mengatakan belum waktunya untuk mencabut larangan terbang dari sembilan negara termasuk Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Pemerintah berencana membuka kembali pusat keuangan dunia itu setelah menerapkan peraturan pembatasan sosial ketat.

Hong Kong menerapkan peraturan Covid-19 paling ketat selama lonjakan kasus virus corona. Our World mencatat Hong Kong menjadi kota dengan angka kematian terkait virus corona tertinggi per satu juta orang dalam satu pekan hingga 7 Maret lalu.

Baca Juga

Total kasus infeksi menjadi sekitar 600 ribu termasuk 2.800 kasus kematian. Sebagian besar infeksi tercatat dalam dua pekan terakhir.

Sejak tahun 2020 Hong Kong telah memperketat perbatasan dengan wilayah China. Hanya beberapa penerbangan yang masih bisa mendarat di kota dan penumpang juga dilarang melakukan transit.

"Belum waktunya mencabut larangan, banyak orang yang bergegas pulang, itu akan berdampak pada kasus dan akan menambah tekanan pada sistem rumah sakit negeri kami," kata Lam, Kamis (10/3/2022).

Pernyataan ini disampaikan satu hari setelah ia mengumumkan perubahan pendekatan pemerintah dalam mengatasi pandemi virus korona. Kini Hong Kong lebih fokus mengerahkan sumber daya medis pada orang lanjut usia. Sebab orang lanjut usia yang tidak divaksin kelompok yang paling tinggi angka kematiannya.

Sebelumnya pemerintah Hong Kong memfokuskan sumber dayanya pada identifikasi, rawat dan isolasi semua kasus. Walaupun kasus-kasus yang tidak bergejala atau bergejala ringan. Hal ini menambah beban pada rumah sakit dan sistem kesehatan.

Pada bulan ini Hong Kong juga berencana menggelar tes massal pada 7,4 juta penduduknya. Tapi pemerintah memberikan pesan yang kontradiktif mengenai rencana tersebut sehingga warga kota panik dan menimbun berbagai kebutuhan pokok karena khawatir kota akan di isolasi total atau lockdown.

Pada Rabu (9/3/2022) kemarin Lam mengatakan pemerintah menentukan tanggal tes massal tersebut. Perubahan pendekatan pemerintah Hong Kong diumumkan setelah pejabat pemerintah pusat China mengatakan prioritas Hong Kong saat ini adalah mengurangi angka infeksi, gejala berat dan kematian.

Sebelumnya Hong Kong menerapkan strategi tanpa toleransi atau "dynamic zero" seperti yang diterapkan pemerintah pusat China dalam menahan penyebaran virus. Pendekatan itu tidak berhasil dalam menghadapi varian Omicron yang menyebar dengan sangat cepat.

Pada Rabu kemarin angka kasus infeksi lokal China bertambah 402 kasus. Dua kali lipat dibandingkan angka positif satu hari sebelumnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement