REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perdana Menteri China Li Keqiang mengakui bahwa hingga periode terakhir pemerintahannya ada program kerja yang tidak sesuai dengan harapan rakyatnya.
"Kami menyadari ada beberapa orang yang menyambut gembira program-program kerja kami, namun ada pula yang jauh dari harapan rakyat kami," katanya dalam konferensi pers melalui siaran langsung video seusai penutupan Sidang Parlemen Dua Sesi di Beijing, Jumat (11/3/2022).
Menurut dia, tahun ini merupakan tahun terakhir periode pemerintahan China saat ini. Ia berjanji akan melakukan berbagai upaya untuk menjalankan tugas dan mengambil langkah-langkah yang solid guna memenuhi janji-janji politik hingga tahun terakhir masa jabatannya sebagai perdana menteri.
Selama masa pemerintahannya, telah terjadi perubahan situasi global yang sangat kompleks dan pandemi COVID-19 merupakan tantangan terbesar dan terberat bagi perekonomian China.
"Kami tidak hanya menerima pekerjaan yang mudah atau menghindari pekerjaan yang sulit. Namun kami telah melakukan berbagai upaya terbesar kami," ujar politikus berusia 66 tahun itu.
Di tempat yang sama itu pula pada saat baru diangkat sebagai perdana menteri pada tahun 2013, Li teringat telah menyampaikan kepada pers mengenai beberapa tugas yang bakal dijalankan pemerintahannya, yakni mempertahankan pembangunan ekonomi, meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan meningkatkan kesejahteraan sosial.
"Hal inilah yang kami lakukan secara konsisten selama bertahun-tahun dengan pendekatan yang inovatif sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang baik," ucapnya saat bertemu awak media lokal dan asing.
Ia menegaskan bahwa pemerintahannya akan tetap menjalankan kebijakan ekonomi terbuka, meskipun situasi global telah berubah total.