REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Rusia hanya akan menggunakan senjata nuklir jika eksistensinya terancam. Hal itu disampaikan saat Rusia masih terlibat konflik dengan Ukraina yang didukung Barat.
Peskov mengungkapkan, Rusia memiliki konsep keamanan dalam negeri yang terbuka untuk diakses publik. “Anda dapat membaca semua alasan penggunaan senjata nuklir. Jadi, jika itu merupakan ancaman eksistensial bagi negara kami, maka senjata nuklir dapat digunakan sesuai dengan konsep kami,” ujar Peskov dalam sebuah wawancara dengan CNN pada Selasa (22/3/2022).
Beberapa hari setelah melancarkan agresi ke Ukraina pada 24 Februari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukan nuklir negaranya dalam siaga tinggi. Dia mengutip sanksi agresif dan tidak sah Barat terhadap Rusia sebagai alasan di balik pengambilan keputusan tersebut.
Menurut Peskov, Putin bermaksud membuat dunia mendengarkan dan memahami keprihatinan Rusia. Peskov menjelaskan, Rusia telah berupaya menyampaikan keprihatinannya kepada Eropa dan Amerika Serikat (AS) selama beberapa dekade, tapi tak didengar atau digubris.
“Sebelum terlambat, itu adalah keputusan untuk memulai operasi militer khusus untuk menyingkirkan anti-Rusia yang dibentuk di sebelah perbatasan kami,” ucapnya.
Pada 24 Februari lalu, Rusia memulai serangannya terhadap Ukraina. Agresi itu merupakan buntut dari “diabaikannya” tuntutan jaminan keamanan Rusia kepada Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Moskow meminta NATO agar tak membuka pintu bagi keanggotaan Ukraina di aliansi tersebut. Menurut Putin, jika Kiev bergabung dengan NATO, ada kemungkinan mereka akan berusaha merebut kembali Krimea.
Rusia diketahui menganeksasi Krimea pada 2014. Menurut Putin, jika Ukraina mengambil langkah semacam itu, Rusia berarti harus berhadapan langsung dengan NATO. Dengan demikian, perang tak terhindarkan. Putin mengakui, secara postur militer, Rusia kalah jika dibandingkan NATO. Namun dia pun mengingatkan bahwa Rusia adalah salah satu kekuatan nuklir dunia. Dalam pandangan Putin, tidak akan ada pemenang jika Rusia berperang dengan NATO.