Jumat 25 Mar 2022 12:19 WIB

Menata Tiga Simpang Memecah Sesaknya Jalur Puncak

Terdapat tiga titik pusat kemacetan yang harus dilalui untuk menuju Puncak

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Gita Amanda
Sejumlah pengendara melintas di jalur wisata Puncak yang terpantau padat, (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya.
Sejumlah pengendara melintas di jalur wisata Puncak yang terpantau padat, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Puncak, Bogor hingga kini masih menjadi tempat wisata favorit masyarakat karena letaknya tak jauh dari Jakarta dan pusat Kota Bogor. Sayangnya, meskipun masih menjadi daya tarik sejumlah orang, lalu lintas dari dan ke Puncak masih menjadi momok menahun bahkan saat ini kian parah.

Terdapat tiga titik pusat kemacetan yang harus dilalui untuk menuju Puncak yakni Simpang Pasir Muncang, Simpang Megamendung, dan Simpang Cisarua. Pada hari biasa, kemacetan hanya terasa di tiga titik tersebut. Berbeda pada akhir pekan atau hari libur nasional, kemacetan yang disebabkan dari ketiga simpang tersebut membuat lalu lintas di sepanjang jalur Puncak sulit bergerak.

Baca Juga

Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Wilayah DKI-Jawa Barat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) saat ini tengah menyusun sejumlah usulan untuk memecahnya sesaknya lalu lintas di sepanjang jalur Puncak. "Ada beberapa usulan yang kita usulkan untuk meningkatkan kinerja jalan di jalur puncak," kata Kepala BBPJN Wilayah DKI-Jawa Barat Wilan Oktavian saat ditemui di Rest Area Gunung Mas, Bogor, Kamis (25/3/2022).

Wilan mengungkapkan kemacetan di tiga titik tersebut harus diatasi. Dia menuturkan, pelebaran jalan di jalur puncak tidak akan berkontribusi jika penanganan di tiga titik utama sumber kemacetan jalur Bogor tidak diselesaikan. "Bisa saja kita lebarkan (jalan) berdasarkan lahan yang ada tapi hasilnya kalau tanpa memperaiki tiga simpang tadi, titik macet itu tidak bisa dikurangi," ungkap Wilan.

Pengurangan kemacetan menurut Wilan menjadi hasil maksimal yang dapat ditargetkan dalam penanganan jalur puncak untuk hari biasa. Dengan kondisi jalan saat ini, untuk akhir pekan permasalahannya bukan hanya supply management namun sudah berkaitan dengan demand management.

Memetakan permasalahan ruas Ciawi-Puncak

Wilan menjelaskan terdapat sejumlah permasalahan yang menyebabkan kemacetan di jalur Puncak. Permasalahan pertama yakni kemacetan akibat peningkatan volume kendaraan dengan tujuan wisata, khususnya pada akhir pekan dan hari libur nasional.

Lalu terdapat dua penyebab kemacetan di jalur Puncak. "Pertama kemacetan akibat perlambatan laju kendaraan di persimpangan jalan antara ruas Ciawi-Puncak dan kemacetan akibat hambatan samping berupa kendaraan parkir di sepanjang jalan Ciawi-Puncak," kata Wilan.

Tak hanya itu, rekayasa lalu lintas berupa kebijakan ganjil genap dan sistem satu arah belum mampu mengurangi kemacetan. Sementara itu, kapasitas tiga simpang di jalur Puncak sepanjang 21,78 kilometer itu sangat tidak memadai.

"Kapasitas simpang rendah. Bottleneck da bahu jalan yang sempit, dan ada hambatan samping (parkir di bahu jalan)." tutur Wilan.

Dari permasalahan tersebut, terdapat tiga poin yang dipetakan saat ini. Pertama yakni terdapat bottleneck karena lebar jalan tidak seragam dan kedua yaitu perlambatan laju kendaraan di persimpangan jalan antara ruas Ciawi-Puncak. Lalu ketiya yaitu peningkatan volume kendaraan dengan tujuan wisata, khususnya pada hari libur.

Belum lagi banyaknya lokasi wisata lainnya yang berada di jalur Puncak. Beberapa diantaranya seperti Taman Wisata Matahari dan Taman Safari Indonesia.

Histori penanganan jalur Puncak

Kemacetan di jalur puncak bukan tanpa upaya untuk diatasi. Sejumlah penanganan sudah dilakukan, salah satunya dengan melebarkan jalan Ciawi-Puncak selama lima tahun terakhir.

"Dari total jalur Puncak sepanjang 21,78 kilometer, sudah 9,2 kilometer kami lakukan pelebaran jalan tapi memang tidak menerus," ungkap Wilan.

Pelebaran jalan tersebut dilakukan pada 2017 sepanjang 3,8 kilometer. Selanjutnya pada 2019 hingga 2019 dilakukan pelebaran jalan kembali sepanjang 5,4 kilometer.

"Sisa yang belum dilebarkan sepanjang 12,48 kilometer. Itu PR kami, kesulitannya adalah lahan yang tersedia," kata Wilan.

Selain itu, preservasi jalan Ciawi-Benda-Ciawi (Puncak)-BTS Kota Cianjur juga sudah dilakukan pada 2021. Panjang penanganan preservasi jalan tersebut sepanjang 4,06 kilometer dengan menggunakan teknologi campuran aspal hangat yaitu zeolit.

Penanganan tiga simpang utama

Wilan memastikan saat ini tengah mengusulkan rencana perbaikan di tiga simpang utama jalur Puncak yakni Simpang Pasir Muncang, Megamendung, dan Cisarua. Perbaikan di simpang tersebut diharapkan dapat memperlancar arus lalu lintas di jalur Puncak.

"Kalau saat hari biasa, dengan penanganan tiga simpang itu paling tidak bisa memperlancar lalu lintas," ungkap Wilan.

Untuk perbaikan Simpang Pasir Muncang, akan ada penambahan dua lajur untuk mengakomodasi pergerakan lurus di Jalan Raya Ciawi. Selain itu juga ada penertiban hambatan samping dan kendaraan parkir di badan jalan pada setiap simpang. Lalu juga akan ada penambahan media untuk membatasi pergerakan penyeberang.

Selanjutnya untuk perbaikan di Simpang Megamendung, skema yang dibuat yaitu penambahan lajur dengan bahu yang diperkeras untuk mengakomodasi pergerakan lurus di Jalan Raya Ciawi. Selain itu juga penertiban hambatan samping dan kendaraan parkir di badan jalan setiap lengan simpang. Lalu juga akan ada pembatasan pergerakan belok dari Jalan Pusdik Polri menuju Ciawi.

Lalu untuk perbaikan di Simpang Cisarua, perbaikan akan dilakukan di radius tikungan pada pergerakan dari Jalan Siliwangi belok ke kiri menuju Puncak. Selain itu juga akan ada penambahan median dengan pagar untuk membatasi pergerakan menyeberang.

Penambahan fasilitas penyeberangan pejalan kaki juga akan dilakukan di Simpang Cisarua. lalu juga adanya pembatasan pergerakan belok kanan dari Jalan Siliwangi dan Jalan Ruko Pasar menuju Ciawi. Begitu juga dengan penertiban hambatan samping dan kendaraan parkir di badan jalan pada setiap lengan simpang sepanjang kurang lebih 50 meter.

Selain penanganan tiga simpang tersebut, Wilan mengungkapkan juga mengusulkan pembangunan fly over atau simpang tidak sebidang Ciawi. "Yang sudah kita usulkan kepada Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub dan Pemerintah Kabupaten Bogor itu akan mengurai kemacetan Ciawi," tutur Wilan.

Lokasi rencana fly over tersebut berada di Simpang Ciawi melayani arus lalu lintas dari Tajur menuju Gadog dan sebaliknya. Pembangunan simpang tidak sebidang di Ciawi tersebut membutuhkan luas area lahan sebanyak 22.380 meter persegi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement