REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) membenarkan bahwa negaranya telah melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) atas perintah pemimpin Kim Jong-un. Uji coba itu dilakukan pada Kamis (24/3/2022).
Amerika Serikat (AS) pada Kamis, menjatuhkan sanksi kepada dua perusahaan Rusia dan entitas Korea Utara karena mentransfer barang-barang sensitif ke program rudal Korut. Departemen Luar Negeri AS mengatakan, entitas Rusia sebagai Ardis Group of Companies LLC (Ardis Group) dan PFK Profpodshipnik LLC.
Sementara entitas Korut yang menjadi sasaran sanksi disebut sebagai Biro Urusan Luar Negeri Akademi Ilmu Pengetahuan Alam Kedua. Selain itu, warga negara Rusia Igor Aleksandrovich Michurin dan warga negara Korut Ri Sung Chol juga dikenai sanksi.
Pengumuman sanksi datang pada hari yang sama Korut mengatakan pihaknya menguji jenis rudal balistik antarbenua yang baru dan kuat. "Langkah-langkah ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan kami untuk menghalangi kemampuan DPRK untuk memajukan program misilnya dan mereka menyoroti peran negatif yang dimainkan Rusia di panggung dunia sebagai pengembang program yang menjadi perhatian," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengacu pada Korea Utara dengan inisial nama resminya.
AS juga memberi sanksi kepada Zhengzhou Nanbei Instrument Equipment Co Ltd karena memasok Suriah dengan peralatan yang dikendalikan oleh rezim nonproliferasi senjata kimia dan biologi yang dikenal sebagai Grup Australia.
Korut mengatakan, pemimpin tertingginya Kim Jong-un secara pribadi mengawasi uji tembak rudal tipe baru itu. "Kim secara pribadi mengawasi uji tembak tipe baru ICBM negara itu untuk meningkatkan penangkal nuklirnya terhadap imperialis Amerika Serikat," lapor media pemerintah Korut, KCNA seperti dikutip laman TRT World, Jumat.
Peluncuran Kamis adalah pertama kalinya Pyongyang menembakkan rudal paling kuat pada jarak penuh sejak 2017. Peluncuran rudal kali ini tampaknya telah melakukan perjalanan lebih tinggi dan lebih jauh daripada ICBM sebelumnya yang diuji oleh negara bersenjata nuklir itu.
"Peluncuran uji rudal balistik antarbenua tipe baru Hwasong-17 dilakukan di bawah bimbingan langsung pemimpin Kim," kata KCNA.
Media pemerintah memuat foto-foto Kim, mengenakan jaket kulit hitam dan kacamata hitamnya yang biasa, berjalan melintasi landasan di depan sebuah rudal besar yang dibawa dengan pengangkut 11-poros. "Rudal itu, diluncurkan di Bandara Internasional Pyongyang, melakukan perjalanan hingga ketinggian maksimum 6.248.5 km dan terbang sejauh 1.090 km selama 4.052 detik sebelum secara akurat mengenai area yang telah ditentukan sebelumnya di perairan terbuka di Laut Jepang," kata KCNA.
Rudal itu mendarat di perairan teritorial Jepang, memicu kemarahan dari Tokyo. Namun KCNA mengatakan peluncuran itu dilakukan dalam mode peluncuran vertikal dengan mempertimbangkan keamanan negara-negara tetangga.
KCNA juga mengklaim peluncuran tersebut memenuhi tujuan teknisnya dan membuktikan ICBM dapat dioperasikan dengan cepat selama kondisi perang. Militer Korsel dan Jepang telah mengumumkan rincian penerbangan serupa, yang menurut para analis menunjukkan bahwa rudal itu dapat mencapai target yang jauhnya 15 ribu kilometer ketika ditembakkan pada lintasan normal dengan hulu ledak berbobot kurang dari satu ton. Itu setara dengan menempatkan seluruh daratan AS dalam jarak yang sangat dekat.
Seperti dilansir laman Asahi Shimbun, diyakini memiliki panjang sekitar 25 meter, Hwasong-17 adalah senjata jarak jauh Korut. Menurut beberapa perkiraan, itu adalah sistem rudal balistik jalan raya terbesar di dunia. Korut mengungkapkan rudal itu dalam parade militer pada Oktober 2020 dan peluncuran Kamis adalah uji coba jarak penuh pertamanya.