Jumat 25 Mar 2022 14:37 WIB

Eks Presiden Rusia: Sanksi Barat tak Berpengaruh pada Moskow

Sanksi hanya akan mengkonsolidasikan masyarakat Rusia.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Dmitry Medvedev
Foto: AP/Alexander Zemlianichenko
Dmitry Medvedev

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Mantan Presiden Rusia dan Wakil Kepala Dewan Keamanan, Dmitry Medvedev, mengatakan, sanksi Barat tidak akan berdampak pada pemerintah Moskow. Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Rusia, RIA, Medvedev mengatakan, sanksi hanya akan mengkonsolidasikan masyarakat Rusia.

Menurut Medvedev, sanksi tidak menyebabkan ketidakpuasan populer dengan pihak berwenang. Beberapa sanksi secara khusus menargetkan miliarder dan pengusaha, yang diyakini dekat dengan Presiden Vladimir Putin. 

Baca Juga

"Mari kita bertanya pada diri sendiri, dapatkah salah satu dari pengusaha besar ini memiliki pengaruh kuantum terkecil dari posisi kepemimpinan negara?". Saya secara terbuka memberi tahu Anda; tidak mungkin," ujar Medvedev.

Rusia melancarkan operasi militer khusus ke Ukraina pad 24 Februari. Sejak itu, Barat telah memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Rusia dengan tujuan melumpuhkan ekonomi negara tersebut. Namun sanksi tidak menghentikan serangan Rusia ke Ukraina. Kremlin mengatakan, pasukan militer Rusia akan melanjutkan serangan sampai mencapai tujuannya yaitu "demiliterisasi dan denazifikasi" di Ukraina.

Sebelumnya Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, mengatakan, separuh dari cadangan emas dan valuta asing Rusia telah dibekukan karena sanksi. Dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Rossiya 1, Siluanov mengatakan, total cadangan devisa Rusia mencapai 640 miliar dolar AS.

"Kami memiliki jumlah total cadangan (devisa) sekitar 640 miliar dolar AS. Saat ini kami tidak dapat menggunakan sekitar 300 miliar dolar AS dari cadangan ini," ujar Siluanov, dilansir TASS.

Siluanov mengatakan, sebagian dari cadangan devisa Rusia dalam mata uang Cina. Namun, negara-negara Barat sekarang menekan Cina untuk membatasi perdagangan dengan Rusia.

"Tentu saja, ada tekanan untuk membatasi akses ke cadangan yang kami miliki dalam yuan. Saya pikir kemitraan kami dengan Cina akan memungkinkan kami untuk mempertahankan kerja sama yang telah dicapai. Tidak hanya untuk mempertahankan, tetapi juga untuk melipatgandakannya di kondisi ketika pasar Barat ditutup," kata Siluanov.

Siluanov menegaskan bahwa, utang Rusia kepada negara-negara yang menjatuhkan sanksi akan dibayar dalam mata uang rubel. "Utang yang harus kita bayar ke negara-negara yang tidak bersahabat dengan Federasi Rusia, dan telah membuat pembatasan penggunaan cadangan devisa, ke negara-negara inilah kita akan membayar hutang dalam rubel," ujarnya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement