Ahad 27 Mar 2022 05:43 WIB

Leonard, Komet Paling Terang yang Muncul 2021 Kini Hancur

Komet Leonard yang terlihat paling terang tahun lalu kini hancur.

Rep: mgrol136/ Red: Dwi Murdaningsih
Komet. Ilustrasi.
Foto: Antara
Komet. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komet paling terang yang disaksikan pada tahun 2021 kini  telah lenyap. Pada perihelion 3 Januari 2022, komet ini berada paling dekat dengan matahari dan saat ini menjauh darinya. Komet ini tidak hanya memudar, tetapi juga kehilangan dua komponen terpentingnya: nukleus (inti) dan koma (atmosfer sementara).

Seperti yang diamati dari belahan bumi selatan, sisa-sisa komet C/2021 A1 (Leonard) saat ini terlihat di langit pagi.

Baca Juga

Komet Leonard

Dalam email kepada EarthSky pada 16 Maret 2022, Gregory Leonard, penemu Komet C/2021 A1, mengatakan struktur ekor ion C/2021 A1 kemungkinan besar akan diingat karena tampilan luarnya yang dipicu oleh ledakan. "Ketika saya pertama kali mulai melihat foto-foto yang dibagikan secara online oleh segelintir astrofotografer berpengalaman yang berkomitmen, terutama sekitar 19 Desember 2021, ketika komet mulai menunjukkan aktivitas ledakan periodik yang intens, satu-satunya kata yang muncul di benak saya adalah dunia lain dan mencengangkan," ucap dia.

Komet itu ditemukan pada 3 Januari 2021, oleh Leonard dari Catalina Sky Survey di Tucson, Arizona, setahun sebelum perihelionnya.

Komet itu masih jauh dari jarak terdekatnya dengan matahari ketika ditemukan. Dalam perjalanannya, komet itu melewati orbit Bumi dan bahkan orbit planet berikutnya ke dalam, Venus. Prediksi awal memprediksikan bahwa komet akan bersinar sampai titik yang bisa dilihat tanpa teleskop. Meskipun kebanyakan orang tidak pernah melihatnya dengan mata kepala sendiri (walaupun beberapa ahli melihatnya), komet ini menarik banyak perhatian pada akhir tahun 2021, ketika ia berada paling dekat dengan Bumi. 

Komet seringkali tidak dapat diprediksi

Pakar komet dan astronom amatir menyadari bahwa kecerahan dan penampilan komet tidak dapat diprediksi. Saat mendekati matahari, sebuah komet, yang sering dikenal sebagai bola salju kotor, memanas.

Pemanasan terjadi di nukleus, atau inti, yang biasanya hanya beberapa mil. Bahan permukaan yang mudah menguap, gas, dan debu dikeluarkan saat inti komet menghangat. Bahan volatil yang naik dari inti komet yang dipanaskan menghasilkan atmosfer di sekitarnya. Ini adalah koma, atau kepala komet.

Komet biasanya akan 16 kali lebih terang saat melakukan perjalanan dari posisi manapun di tata surya bagian dalam hingga setengah jarak itu, sebuah perjalanan yang mungkin memakan waktu berbulan-bulan. Para astronom sampai pada kesimpulan ini setelah melihat sejumlah besar komet dan merata-ratakan hasilnya. Perlu juga dicatat bahwa formula ini dirancang oleh para ilmuwan komet, yang sangat menyadari sifat komet yang tidak dapat diprediksi. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement