REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Selama ini Bali telah dikenal dengan beragam keindahan alamnya yang begitu mempesona dan eksotis. Di Pulau Dewata ini juga tersimpan kearifan lokal melalui budayanya yang sudah dikenal publik.
Kekuatan pesona alam dan kearifan budaya Bali inilah yang kemudian menjadi kekuatan sekaligus pondasi cerita dari film Tutuge. Film ini menjadi debut karya sutradara Virlanwana Langgong. Bergenre drama psikologi, film Tutuge ini siap memberikan tontonan menghibur para penikmat film nasional.
“Film ini secara khusus mengangkat cerita dari salah satu kearifan lokal yang ada di Bali. Film ini menjadi medium untuk menyampaikan banyak pesan moral, mulai dari pengampunan, penemuan jati diri dan penebusan perilaku yang kita kemas dengan keindahan budaya Bali,” tutur Virlan dalam perbincangannya kepada media di Jakarta, Selasa (5/4).
Dalam film ini, Virlan memilih Rania Putri Sari sebagai pemeran utama yang memerankan tokoh Ameera Janus. Rania sebelumnya sudah pernah membintangi Surat Cinta Untuk Kartini, Anak Garuda, Bumi Itu Bulat dan Namamu Kata Pertamaku.
Pemeran lainnya dalam film Tutuge ada juga Imelda Therrine, Rizky Hanggono, dan Ismi Melinda. Selain sineas nasional, film ini juga mengajak para pemeran dari Bali, yaitu Langlang Buana, Komang Suendra, Nina Tutachi, dan Made Devi Ranita Ningtara.
Tommy Indratama, executive producer film Tutuge, mengatakan film berdurasi 2 jam 20 menit ini memilih Bali sebagai lokasi shooting. Proses pengambilan gambar dari film ini, kata dia, dilakukan sebelum badai pandemi Covid-19 datang di Indonesia.
“Penantian untuk produksi film ini cukup lama bagi kami. Tapi kami merasa sangat puas dengan hasilnya,” kata Tommy sambil mengakui sosok Virlan sebenarnya adalah kawan lama.
Tommy juga optimistis film yang mengusung kisah horor ini bakal mendapatkan hati di penikmat film Tanah Air. Optimisme itu menguat setelah film ini mendapatkan deretan penghargaan dari pentas film internasional. Diantaranya menyabet penghargaan film horor terbaik serta sinematografi terbaik dari Asian Film Awards Academy atau AFA Academy 2021.
Penghargaan lainnya didapat juga dari Hollywood International Golden Age (HIGA) sebagai best international feature film serta film horor terbaik dari Andromeda Film Festival ke-7. Selain itu, Tutuge juga terpilih sebagai finalis Golden Harvest Film Festival di Tokyo, Jepang, pada 2021.
“Harapan saya, film ini memberikan warna baru bagi industri perfilman nasional,” ujar Tommy.
Rico Michael, associate producers, berharap semua apresiasi yang sudah didapat dari pentas festival film internasional itu bisa menjadi pembuka jalan untuk memberikan hiburan bagi para penikmat film horor di Indonesia. “Film ini rencananya akan tayang perdana di Indonesia pada 14 April nanti. Semoga saja film ini bisa menjadi hiburan yang bergizi bagi para pencinta film nasional,” kata Rico.
Sementara itu Ismi Melinda merasa sangat senang bisa terlibat dalam film ini. Salah satu alasannya adalah film ini mengemas cerita mistis yang dileburkan dengan kearifan budaya Indonesia. “Bahkan melalui film ini saya menjadi belajar bahasa dan budaya Bali. Buat saya ini jadi pengalaman luar biasa,” kata wanita yang memerankan tokoh Sasmita.
Kegembiraan serupa juga disampaikan oleh Nina Tutachi, salah satu aktris asal Bali yang baru berusia 12 tahun. Ia mengaku saat proses produksi film ini dirinya masih berusia 9 tahun. “Ini jadi film pertama aku. Di sini aku menjadi hantu kecil. Tentu saja ini jadi pengalaman yang menarik,” kata gadis cilik asal Seminyak, Bali, ini.