Kamis 07 Apr 2022 15:17 WIB

Pengamat: Isu Kenaikan Pertalite dan Elpiji 3 Kilogram Bisa Sulut Kepanikan Belanja

Kenaikan elpiji 3 kg dan pertalite hanya akan memperburuk daya beli masyarakat.

Pemilik Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) memasang informasi tentang Pertalite stok habis di Kendari, Sulawesi Tenggara, Ahad (3/4/2022). Sejumlah SPBU di Kendari mengalami kelangkaan BBM jenis Pertalite sejak sepakan terakhir.
Foto: ANTARA/Jojon/YU
Pemilik Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) memasang informasi tentang Pertalite stok habis di Kendari, Sulawesi Tenggara, Ahad (3/4/2022). Sejumlah SPBU di Kendari mengalami kelangkaan BBM jenis Pertalite sejak sepakan terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai isu kenaikan harga Pertalite dan gas melon atau elpiji ukuran 3 kg berpotensi menyulut kepanikan berbelanja. Isu itu berisiko menyebabkan kelangkaan di masyarakat.

"Isu itu berpotensi menyulut panic buying. Kelangkaan Pertalite di berbagai SPBU barangkali merupakan panic buying setelah mengetahui isu tersebut," kata Fahmi saat dihubungi di Jakarta, Kamis (4/7/2022).

Baca Juga

Saat ini isu kenaikan harga Pertalite dan elpiji tiga kilogram kian nyaring terdengar, meski pemerintah secara resmi belum memutuskan apakah harga dua komoditas energi itu benar-benar jadi naik.

Fahmy meminta supaya harga Pertalite dan gas melon tidak dinaikkan dalam waktu dekat. Pemerintah perlu menunggu sampai harga minyak dunia sudah mencapai keseimbangan pasar.

"Kenaikan Pertalite dan gas melon akan menaikkan inflasi dan makin memperburuk daya beli masyarakat serta memperberat beban rakyat, terutama rakyat miskin," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan ekonom dari Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet. Ia mengatakan, tanpa memasukkan faktor kenaikan harga Pertalite dan elpiji, tekanan inflasi sudah relatif tinggi karena dipengaruhi oleh beragam hal, termasuk di dalamnya kenaikan harga energi global, kebijakan tarif PPN, harga Pertamax yang sudah naik terlebih dahulu dan pola musiman ketika bulan Ramadhan.

"Sekarang ditambah wacana kenaikan pertalite dan elpiji tentu tekanan terhadap inflasi di tahun ini berpeluang semakin lebih tinggi. Tentu yang perlu diwaspadai apakah kenaikan inflasi ini masih bisa dikompensasi oleh daya beli masyarakat," jelas Yusuf.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement