REPUBLIKA.CO.ID, KONYA -- Saat perang Rusia-Ukraina masih berlanjut, lebih dari 68.000 warga Ukraina telah melarikan diri ke Turki, kata seorang pejabat badan pengungsi PBB pada Rabu (6/4/2022). Berbicara kepada Anadolu Agency setelah insiden baru-baru ini di provinsi Konya, perwakilan UNHCR di Turki Philippe Leclerc mengatakan badan tersebut berurusan dengan "jumlah pengungsi yang terus meningkat" di seluruh dunia.
Saat ini, ada lebih dari 30 juta pengungsi, dan 90 juta pengungsi internal (IDP) di seluruh dunia, kata Leclerc.
Mereka yang melarikan diri dari perang dan penganiayaan membutuhkan "perlindungan, izin tinggal, sekolah untuk anak-anak mereka, dan bantuan medis," ungkap dia, seraya menambahkan bahwa mereka juga perlu mempelajari keterampilan untuk menjadi mandiri.
“Ini adalah kebijakan yang telah diikuti oleh pemerintah Turki selama lebih dari 11 tahun untuk 3,8 juta warga Suriah yang tinggal di 81 provinsi Turki,” lanjut Leclerc, seraya menambahkan bahwa badan PBB mendukung kebijakan inklusif Turki.
Menggarisbawahi lebih dari 68.000 orang Ukraina telah tiba di Turki sejak dimulainya perang pada 24 Februari, Leclerc mengatakan jumlah pengungsi meningkat setiap hari karena perang masih berlangsung.
Barat telah memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Rusia setelah negara itu melancarkan perang di Ukraina. Ini telah menyebabkan eksodus jutaan orang yang mencari keselamatan di negara-negara Eropa lainnya.
Polandia telah menampung sebagian besar pengungsi itu.
Menyebut situasi seperti ini sebagai "tragedi yang terjadi cepat", pejabat UNHCR itu mengharapkan perdamaian sehingga tidak ada lagi orang yang melintasi perbatasan, dan para pengungsi dapat kembali dan membangun kembali negara mereka.
Mengomentari krisis Suriah, Leclerc mengatakan kerja sama antara Ankara dan badan PBB sangat penting. Turki adalah negara tuan rumah terbesar bagi pengungsi Suriah.
Pemerintah Turki telah melakukan beberapa kegiatan yang dilakukan badan tersebut di masa lalu seperti pendaftaran pengungsi dan manajemen migrasi, tambah Leclerc.
Suriah dilanda perang saudara sejak awal 2011 ketika rezim menindak protes pro-demokrasi. Menurut angka resmi PBB, lebih dari 350.000 orang kehilangan nyawa mereka karena konflik, tetapi kelompok hak asasi manusia memperkirakan jumlah korban tewas sekitar 500.000-600.000 orang. Lebih dari 14 juta harus meninggalkan rumah mereka, menjadi pengungsi atau pengungsi internal, menurut Uni Eropa (UE).