REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Negara berkembang dinilai membutuhkan banyak investasi dalam melakukan transisi untuk mencapai net zero emission atau nol emisi karbon. Tantangan yang dihadapi juga cukup besar untuk mencapai hal tersebut.
Group Chief Executive Standard Chartered Bill Winters mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk mendorong pencapaian nol emisi karbon melalui pembiayaan. Menurut studi yang dilakukan Just In Time, Indonesia akan membutuhkan 2,7 triliun dolar AS untuk melakukan transisi menuju net zero emission.
Pihaknya juga berencana untuk memobilisasi dana sebesar 300 miliar dolar AS untuk keuangan hijau dan transisi menuju net zero pada 2030. Itu dilakukan untuk mendukung transisi ke net zero emission di wilayah-wilayah di mana pihaknya beroperasi, didukung oleh program Kerangka Kerja Keuangan Transisi yang telah dibuat Standard Charterd.
"Kami mempercepat solusi baru, termasuk melalui Tim Percepatan Transisi baru yang berdedikasi untuk mendukung klien di sektor dengan emisi tinggi," kata Bill dalam siaran pers seperti dikutip pada Jumat (8/4/2022).
Bill menilai, upaya bersama untuk mengatasi permasalahan iklim sangat dibutuhkan. Dia menambahkan, kegagalan untuk memberikan pendanaan bagi transisi negara berkembang, dapat berarti tujuan iklim tidak tercapai, sehingga bisa memicu bencana lingkungan.
Menurut Bill, pemerintah dan sektor keuangan perlu bersama-sama membantu memfasilitasi aliran investasi ke negara berkembang sesegera mungkin. "Pendanaan oleh pasar negara maju dapat membantu mencegah hal terburuk dari pemanasan global, serta mendorong PDB global," katanya.