REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Banyaknya aksi tawuran pelajar yang terjadi di wilayah Tangerang Raya menjadi perhatian khusus bagi pemerintah setempat. Peran dari sejumlah pihak, terutama lembaga pendidikan diharapkan dapat lebih masif untuk menangkal aksi tawuran pelajar yang meresahkan masyarakat.
“Kita lihat berbagai upaya untuk mencegah tawuran, paling tidak saya akan dorong sekolah-sekolah untuk lebih memberi pengawasan kepada murid-muridnya dan diikuti betul perkembangannya,” ujar Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Benyamin Davnie, Sabtu.
Aksi tawuran pelajar di wilayah Tangsel diakui masih kerap terjadi, termasuk pada bulan Ramadhan. Meski memberlakukan larangan sahur on the road (SOTR), aksi tawuran atau tindakan anarkisme semacamnya masih saja terjadi saat jelang sahur.
Senada, larangan SOTR di Kota Tangerang sebagai upaya mengantisipasi aksi tawuran ternyata tidak sesuai harapan. Tindakan tawuran pelajar juga masih terjadi di Kota Tangerang pada momen sahur. Wali Kota Tangerang Arief Wismansyah mengatakan, kegiatan sahur yang bermula dari membagikan makanan telah berubah menjadi ajang kumpul-kumpul oknum kelompok yang hendak tawuran.
Arief menuturkan, pihaknya bersama dengan kepolisian secara rutin melakukan upaya penanggulangan aksi-aksi anarkisme yang meresahkan masyarakat dengan melakukan patroli. Namun, menurutnya, saat ini dia lebih menekankan pada pemantauan terhadap pihak sekolah serta para guru.
Bahkan Arief memberikan ultimatum bagi pihak sekolah yang siswanya mengikuti tawuran, baik bagi sekolah negeri maupun sekolah swasta. Hal itu diharapkan bisa menjadi langkah tegas untuk meminimalisasi terjadinya tawuran yang ‘mewarnai’ wilayah tersebut.
“Kalau ada SMP negeri yang tawuran, kepseknya (kepala sekolah) saya copot. Bagi yang swasta BOP (biaya operasional pendidikan) kita pending,” kata Arief.
Aksi tawuran anak muda diketahui terjadi beberapa kali pada momen Ramadhan kali ini. Puluhan pemuda ditangkap oleh pihak kepolisian di berbagai wilayah se-Tangerang Raya, seperti kawasan Pondok Aren, Kosambi, Tigaraksa, Balaraja, dan Cipondoh. Dari tangan mereka, polisi turut mengamankan senjata tajam (sajam).