REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi baru-baru ini menunjukkan sabizabulin, obat oral baru dari perusahaan farmasi Veru Inc memiliki potensi memangkas setengah tingkat kematian virus untuk kasus sedang dan berat Covid-19. Obat ini diklaim sangat sukses, sehingga para peneliti menghentikan percobaan lebih awal.
“Artinya adalah tidak etis untuk terus merawat orang dengan plasebo,” ujar Ketua presiden dan CEO Veru, Mitchell Steiner seperti dilansir dari laman Fortune, Rabu (13/4/2022).
Penelitian ini awalnya dimaksudkan untuk melibatkan sekitar 210 pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid 19. Analisis awal dari 150 pasien pertama menunjukkan keberhasilan yang luar biasa sehingga komite pemantauan data independen penelitian merekomendasikan untuk menghentikannya.
Kelompok orang yang menggunakan pil plasebo memiliki tingkat kematian 45 persen, sedangkan kelompok yang diobati dengan sabizabulin memiliki tingkat kematian hanya 20 persen. Sabizabulin berfungsi baik sebagai obat anti-virus dan anti-inflamasi yang menargetkan infrastruktur seluler yang dikenal sebagai mikrotubulus. Virus corona menggunakan infrastruktur itu untuk melakukan perjalanan ke sel tempat ia bereplikasi sebelum bepergian lagi untuk menyebar.
Steiner, menambahkan sabizabulin memblokir virus dan protein inflamasi yang terkait. Tingkat kematian 45 persen yang terlihat pada kelompok plasebo dari uji coba sabizabulin sebagian besar konsisten untuk pasien dengan Covid 19 parah sejak awal pandemi.
"Menakutkan untuk berpikir bahwa pada saat Anda masuk ke rumah sakit dan Anda mendapat oksigen, Anda memiliki peluang 50-50 untuk bertahan hidup. Ini menghilangkan rasa takut pergi ke rumah sakit," ujar Steiner.
Sebagian besar pembatasan Covid 19 telah hilang di seluruh AS dan ketika pandemi meluas ke tahun ketiga, banyak orang Amerika lelah terus-menerus waspada. Namun, rata-rata masih ada sekitar 500 kematian terkait Covid 19 di negara ini setiap hari.
Dr Anthony Fauci memperkirakan gelombang baru akan datang pada musim gugur ini, dengan potensi peningkatan selama beberapa minggu ke depan. Karena kebutuhan yang terus-menerus akan pengobatan yang efektif untuk Covid 19 yang parah, fase ketiga uji coba Sabizabulin menerima penunjukan jalur cepat oleh Food and Drug Administration (FDA) pada bulan Januari.
Veru saat ini sedang mencari otorisasi penggunaan darurat sabizabulin dari FDA, yang diterima remdesivir pengobatan Covid 19 sebelumnya pada Mei 2020. Itu berarti obat itu dapat tersedia hanya dalam beberapa bulan.
Di luar data kematian, Veru masih mempelajari efek positif lain yang mungkin dimiliki sabizabulin, termasuk mengurangi jumlah hari pasien dirawat di ICU, dan jumlah hari pasien menggunakan ventilasi mekanis. Steiner mengatakan, perusahaan itu sebelumnya meneliti sabizabulin untuk sifat melawan kankernya sebelum mereka memulai penelitian pandemi.
“Kami adalah perusahaan onkologi dan kami kebetulan jatuh ke dunia virus karena kami berada di tengah pandemi, dan kami merasa berkewajiban,” ujarnya.
Dia yakin obat itu pada akhirnya akan mendapat persetujuan dari FDA, terutama mengingat fakta bahwa obat itu tidak memicu masalah keamanan selama pengujian.