REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi III DPR, Bambang Wuryanto menanggapi soal kesalahan teknologi face recognition yang dilakukan Polda Metro Jaya dalam menyelidiki kasus pengeroyokan pegiat media sosial, Ade Armando. Dirinya justru mengaku heran adanya kekeliruan pada alat tersebut.
"Saya pernah datang ke Polda Metro. Saya dijelaskan alatnya canggih banget. Retina matanya bisa kita lihat itu. Jadi kalau orang yang berbenturan di depan itu menolak, tidak bisa," kata Bambang di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (14/4/2022).
Dirinya mengaku pernah mencoba alat tersebut kepada stafnya. Ia menjelaskan, alat tersebut bekerja dengan baik. "Saya telepon staf saya untuk ke depan gerbang. Dicek itu, langsung ketahuan itu ajudan saya alamatnya di mana, bahkan rekening bank-nya pun ketahuan. Sudah canggih. Polisi kita sudah canggih," kata dia.
Ia curiga ada sesuatu yang salah jika ada kekeliruan pada teknologi tersebut. Ia berharap kesalahan tersebut hanya error. "Jangan-jangan ini ada something wrong. Ada sesuatu yang keliru itu apa? Orang alatnya sudah canggih kok. Retina saja kena kok. Itu saya sama pak Kapolda Metro dijelasin (alatnya)," kata dia.
Komisi III DPR mendorong penyelesaian kasus pengeroyokan Ade Armando dengan mengedepankan prinsip restoratif justice. Sehingga diharapkan penyelesaian kasus hukum bisa berakhir secara baik dengan mufakat.
"Kalau bahasa kawan-kawan Muslim itu tabayyun, musyawarah untuk mendapat mufakat. Itu sedang kita kembangkan, dan seluruh aparat penegak hukum sepakat untuk ini," kata dia.