Rabu 25 Aug 2010 21:41 WIB

Masya Allah, Beginilah Ramadhan di Penjara Guantanamo

Rep: Agung Sasongko/ Red: irf
Tahanan Guantanamo
Foto: ap
Tahanan Guantanamo

REPUBLIKA.CO.ID, GUANTANAMO BAY--Cahaya Ramadhan di seantero dunia tampaknya tidak memberikan perubahan perlakuan terhadap para tahanan penjara Guantanamo Bay. Para tahanan yang diduga terlibat teroris ini merasakan siksaan yang jauh lebih berat dari biasanya. Siksaan itu berupa pemberian makan secara paksa oleh penjaga kepada setiap tahanan yang mogok makan. Sayangnya, asupan yang diberikan tidak menjamin tahanan itu memperoleh gizi yang seharusnya.

Siksaan itu menjadi tren bagi militer AS terhadap para tahanan yang banyak berasal dari Timur Tengah. Militer AS memaksakan pemberian makan terhadap sejumlah tahanan tertentu yang melakukan aksi mogok makan.

Juru Bicara Penjara, Bradley Fagan mengungkap militer AS tidak lagi menjalankan kebijakan untuk memberi tahu jumlah pasti tahanan yang dibelenggu penjaga di sebuah kursi untuk diberikan makanan secara paksa. "Kurang lebih 10 dari 176 tahanan yang melakukan aksi mogok makan," ungkapnya seperti dikutip dari miamiherald, Rabu (25/8).

Fagan menambahkan bagi tahanan yang berpuasa, mereka diberikan makan sesuai dengan jadwal Ramadhan di AS yakni pukul 5:26 waktu setempat dan 7:28 waktu setempat. "Harap dicatat, tidak semua tahanan yang mogok makan diberikan makanan secara paksa," ungkapnya.

Dalam beberapa kesempatan, Fagan banyak mengungkap informasi rahasia yang terjadi di penjara Guantanamo. Terakhir, Fagan mengungkap usaha Pentagon memasukan cairan protein ke dalam tubuh tahanan yang menolak untuk mengkonsumi makanan yang telah disiapkan penyuplai makanan dari Departemen Pertahanan. Sebuah lembar fakta yang diungkap dalam situs Guantanamo dan sejumlah tokoh lain disebutkan setiap tahanan menerima 5.500-6.000 kalori per hari dan memperoleh enam menu yang bisa dipilih selama dua kali perminggu.

Dengan 'pemaksaan' seperti itu, pemerintah AS harus merogoh kocek sebesar 3 juta dolar AS per tahun atau setara dengan Rp 9 miliar per tahun. Pendahulu Fagan sebelumnya pernah melakukan penelitian dengan menghitung jumlah makanan yang diberikan dan penurunan berat badan pada sekolompok tahanan yang melakukan aksi mogok makan. Penelitian juga dilakukan terhadap tahanan yang terikat di kursi dan diberikan makanan dua kali sehari melalui cairan. Dari penelitian itu ada kejanggalan antara jumlah asupan yang masuk dan berat badan tahanan.

Pada 11 Februari 2009 misalnya, pihak penjara melaporkan bahwa 41 dari 245 tahanan Guantanamo pada pemerintahaan Obama melakukan aksi mogok makan. Hari itu, tercatat 35 orang mendapatkan makanan dua kali sehari dan pemberian carian (seperti infus-red) selama satu jam. Berangkat dari aksi yang dilakukan para tahanan, militer AS meresponnya dengan berbagai metode untuk mencegah pemogokan dengan pengenalan kursi makan, isolasi, segregrasi pembuangan dari kelompoknya.

Para petinggi penjara berpendapat prosedur yang dilakukan tidak menyakitkan. Prosedur itu menurut Fagan merupakan praktik lama yang kemudian digunakan staf medis militer untuk memberikan cairan kepada tahanan. Untuk mengklarifikasinya, staf medis angkatan laut AS dalam beberapa tahun belakangan membuat suplemen dengan rasa berbeda dan mempersilahkan wartawan untuk melihat contohnya. Musim panas tahun lalu, tahanan diberikan suplemen yang membuat tahanan merasa kenyang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement