REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sebuah tangan palsu pintar yang meniru anatomi dan gerakan manusia telah memungkinkan Ahmed Abu Hamda bermain dengan anak-anaknya dan mendapatkan kembali harga dirinya. Dia termasuk bagian dari proyek baru di Jalur Gaza yang mendapatkan dana dari Qatar.
Hamda kehilangan tangan kanannya pada 2007 ketika bom meledak. Dia sekarang bisa bermain dengan kedua anaknya, makan, minum, dan memperbaiki rumah dengan anggota gerak myoelectric yang baru dipasang.
Hamda dapat merangkul kehidupan dengan putrinya yang berusia empat tahun dan putranya yang berusia 18 bulan dengan lebih baik. "Sekarang saya bisa menggendong mereka, bermain dengan mereka, meraih tangan mereka dan berjalan di jalan," katanya sambil tersenyum.
"Sejak saya mendapatkan lengan, penampilan luar saya membaik, orang tidak mengenali saya memiliki tangan yang diamputasi," kata pria berusia 36 tahun ini di Rumah Sakit Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani untuk Rehabilitasi dan Prostetik.
"Di rumah saya bisa minum air, dan kalau ke pasar saya bisa pegang karung dan ponsel,” kata warga Gaza yang bekerja sebagai pemasang parabola itu.
Sejak Maret, sebuah rumah sakit yang didanai Qatar di Gaza telah menyediakan prostesis mioelektrik. Proyek ini menyediakan perangkat bermotor yang ditenagai oleh baterai dan dikendalikan oleh sinyal listrik yang dihasilkan oleh otot.
Proyek ini adalah yang pertama dari jenisnya di wilayah Palestina. Sejauh ini, 21 orang yang diamputasi di Gaza telah menerima tangan pintar, dengan 40 lainnya dalam daftar tunggu. Komite Palang Merah Internasional mendaftar setidaknya 1.600 orang yang diamputasi di antara dua juta penduduk Gaza.
Masyarakat Amal Assalam yang merawat orang-orang yang terluka dan cacat mengatakan, 532 warga Gaza telah kehilangan anggota badan dalam konflik dengan Israel. Data ini menunjukan keberadaan rumah sakit Hamad yang diresmikan 2019 sangat membantu merawat ratusan orang yang diamputasi.
Sejak 2014, Qatar telah menghabiskan lebih dari 1 miliar dolar AS dalam proyek konstruksi dan bantuan di Gaza, yang dijalankan oleh kelompok Hamas. Untuk program baru ini, menurut Direktur umum rumah sakit Hamad Noureldeen Salah, pasien tidak dikenakan biaya untuk tangan palsu. Untuk biaya pengadaan prostesis pintar rumah sakit mengeluarkan sekitar 20.000 dolar AS.