REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Itikaf di 10 hari terakhir Ramadhan merupakan amalan Rasulullah SAW sampai akhir hayatnya. Meski demikian menurut catatan sejarah ada beberapa kali Rasulullah SAW dan para sahabatnya absen beritikaf karena kondisi darurat tertentu.
"Pada tahun pertama kali diwajibkannya puasa Ramadhan ini, kuat dugaan bahwa Rasulullah SAW tidak melaksanakan itikaf. tulis KH Jeje Zaenudin dalam bukunya "Seputar Masalah Puasa, Itikaf, Lailatul Qadar dan Lebaran".
Mengapa tidak beritikaf? Karena pada Ramadhan tahun kedua Hijrah itu Rasulullah SAW menghadapi pertempuran Badar. Puncak Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan.
Lalu setelah itu, beliau Rasulullah SAW pulang ke Madinah beberapa hari kemudian. Dan setelah itu Rasulullah disibukkan dengan mengurus persoalan tawanan perang Badar.
"Demikian juga pada tahun kedelapan Hijrah. Rasululllah SAW dan para sahabatnya tidak sempat melaksanakan itikaf," katanya.
Karena Ramadhan tahun itu terjadi perang penaklukkan kota Makkah. Yang diikuti dengan peristiwa Perang Hawazin dan Perang Hunain. Beliau menetap beberapa bulan di Makkah mengurus berbagai persoalan umat.
"Terutama mengorganisasi kegiatan penyebaran delegasi-delegasi dakwah di kota Makkah dan daerah-derah sekitarnya," katanya.
Sehingga beliau baru bisa kembali ke Madinah pada awal Dzulhijjah. Dengan demikian, selama sepuluh Ramadhan Rasulullah tinggal di Madinah, tiga kali Ramadhan beliau tidak menunaikan itikaf.
"Yaitu pada tahun pertama karena belum disyariatkannya puasa Ramadan tahun kedua Hijriyah karena menghadapi Perang Badar komandan tahun ke Hijriyah karena disebabkan oleh peperangan penaklukan Makkah," katanya.