Selasa 26 Apr 2022 11:07 WIB

Ilmuwan Cegah Kerentanan Hutan Jerman Terhadap Perubahan Iklim

Perubahan iklim sangat merusak hutan di Jerman.

Red: Dwi Murdaningsih
Hutan di Jerman. ilustrasi
Foto: EPA
Hutan di Jerman. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hutan Jerman terancam punah. Tidak hanya akibat peubahan tataguna lahan dan industri kayu, melainkan juga akibat perubahan iklim. Seorang ilmuwan dari India mencoba mencari solusi tepat lingkungan.

Di area paling hangat di Jerman, para peneliti mengukur detak nadi hutan dengan alat yang berfungsi seperti halnya stetoskop.

Baca Juga

Ferdinand Betting yang sedang melaksanakan studi di Institut Teknologi, Penilaian dan Analisa Sistem (ITAS) menjelaskan, mereka menguji bagaimana bibit pohon beech memberikan reaksi terhadap berbagai intensitas cahaya. “Kami juga melihat reaksi pohon itu kalau terkena CO2, yang kemungkinan besar akan terjadi di masa depan," kata dia.

Profesor Somidh Saha yang membimbing mahasiswa mengatakan, sangat penting bagi mereka untuk tahu, apakah pohon-pohon muda akan mendapat cukup air untuk mampu melakukan fotosintesis, jika hidup di lokasi itu.

Hutan terancam bukan hanya oleh perubahan iklim

Deforestasi aktif untuk membuka lahan pertanian dan produksi kayu adalah salah satu alasan hilangnya lahan hutan dalam skala besar di Jerman.

Di samping itu tentu saja ada dampak perubahan iklim, yang sudah sangat merusak hutan, juga di Jerman. Menurut studi pemerintah Jerman, jumlah pohon yang tidak sehat sudah meningkat sampai 80 persen. Itu membuat pohon-pohon ini sangat rentan menghadapi hama seperti kumbang pengerat kulit pohon alias bark beetle. 

“Sebenarnya, bark beetle adalah bagian ekosistem kita,” kata Somid Saha.

Hewan ini selalu ada di sini. Namun, sekarang hewan ini merusak begitu banyak pohon, pasalnya pohon-pohon sudah sangat lemah karena kekurangan air.

"Kalau sudah lemah, maka kerentanan terhadap penyakit akan bertambah. Itu juga terjadi pada pohon," ujar peneliti hutan asal India itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement