REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Jerman mengusir ratusan pengungsi Afghanistan yang mencari perlindungan. Langkah ini diambil karena Jerman kedatangan gelombang pengungsi dari Ukraina.
Menurut sebuah laporan oleh Foreign Policy pekan lalu, sebagian besar warga Afghanistan telah menerima pemberitahuan pengusiran dari otoritas Jerman. Bahkan beberapa diantaranya menerima pemberitahuan pengusiran dalam waktu 24 jam.
"Penggusuran itu sengaja tidak dipublikasikan. Beberapa orang telah tinggal di rumah mereka selama bertahun-tahun dan dicabut dari struktur sosial mereka, termasuk anak-anak yang dipindahkan ke lokasi yang jauh dari sekolah mereka masing-masing," kata anggota Dewan Pengungsi Berlin, Tareq Alaows, dilansir Middle East Monitor, Rabu (27/4/2022).
Menurut laporan itu, keputusan penggusuran dibuat oleh Departemen Integrasi, Tenaga Kerja, dan Layanan Sosial. Departemen tersebut mengatakan, pengusiran itu berdasarkan pertimbangan yang sulit karena secara operasional tidak ada alternatif bagi warga Ukraina. Mereka juga membutuhkan tempat untuk berlindung.
"Kami menyesal bahwa ini menyebabkan kesulitan bagi keluarga Afghanistan, (dan) orang-orang yang terkena dampak harus pindah dari lingkungan yang mereka kenal, dan sekarang mungkin harus menjaga hubungan sosial mereka dengan kesulitan besar," kata juru bicara Departemen Integrasi, Tenaga Kerja, dan Layanan Sosial, Stefan Strauss.
Strauss mengatakan, Berlin memiliki total 83 akomodasi yang berbeda untuk pengungsi. Akomodasi tersebut sudah menampung sekitar total 22 ribu orang. Namun, dengan masuknya warga Ukraina maka perlu dikonsolidasikan ke beberapa pusat kedatangan yang ditentukan untuk menyederhanakan pemrosesan.
Strauss mengatakan, warga Afghanistan yang mengalami penggusuran mendapatkan akomodasi permanen lainnya dengan kualitas yang setara, tidak termasuk kamar mandi dan dapur bersama. Namun, pekerja sosial telah menyuarakan protes atas perlakuan pemerintah terhadap warga Afghanistan, sebagai pengungsi dari Timur Tengah dan Afrika Utara.
Laporan Foreign Policy menyatakan bahwa, sebagian besar orang yang mencari perlindungan di Jerman memasuki sistem suaka, yang memberi mereka tempat tinggal sementara dan dievaluasi ulang setiap enam bulan. Evaluasi tersebut tergantung pada situasi di negara asal mereka, dan perpanjangan. Namun pada akhirnya suaka sering ditolak.
Dalam kasus warga Afghanistan yang tiba di Jerman, sebagian besar melewatkan proses sistem suaka. Mereka langsung menerima izin tinggal selama tiga tahun. Warga Afghanistan tersebut mencari perlindungan ke Jerman setelah Taliban mengambil alih Kabul dan penarikan pasukan pimpinan Amerika Serikat (AS) pada Agustus tahun lalu.
Jerman menjadi negara tuan rumah pengungsi terbesar di Eropa, dengan jumlah lebih dari 1,24 juta. Namun sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina, Polandia menjadi negara tuan rumah pengungsi terbesar di Eropa karena sejauh ini telah menerima 2,8 juta pengungsi Ukraina.