Jumat 29 Apr 2022 06:57 WIB

IMF Sebut Negara Timur Tengah Paling Terdampak Kenaikan Harga Pangan

Krisis terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi harga minyak mentah dunia. invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi ekonomi terhadap Moskow telah mempengaruhi harga minyak dunia dan harga pangan.
Foto: EPA/Mark
Ilustrasi harga minyak mentah dunia. invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi ekonomi terhadap Moskow telah mempengaruhi harga minyak dunia dan harga pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut Invasi ke Ukraina telah secara signifikan berdampak pada negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara. Krisis terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah, sementara menguntungkan negara penghasil minyak. 

Menurut laporan IMF, invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi ekonomi terhadap Moskow telah mempengaruhi kawasan itu melalui banyak saluran langsung dan tidak langsung.

Baca Juga

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2022 untuk kawasan itu, yang mencakup negara-negara Arab dan Iran, diperkirakan sebesar 5,0 persen, naik dari prediksi 4,1 persen untuk tahun ini yang dibuat pada Oktober.

Namun pertumbuhan yang diprediksi menutupi kesenjangan antara 22 negara di kawasan itu. DIketahui Timur Tengah terdri dari negara eksportir minyak utama, negara-negara yang dilanda perang dan negara-negara lain yang sangat bergantung pada impor gandum serta impor hidrokarbon.

 "Sebelum perang di Ukraina, ekonomi di kawasan itu menunjukkan pemulihan yang kuat. satu-satunya peringatan untuk itu adalah inflasi mulai meningkat pada tahun 2021 dan tetap tinggi," kata Direktur IMF untuk Timur Tengah dan Asia Tengah, Jihad Azour dilansir dari The New Arab, Rabu (27/4/2022).

Laporan itu mengatakan inflasi di Timur Tengah melonjak menjadi 14,8 persen pada tahun 2021 dan diproyeksikan akan tetap tinggi pada 13,9 persen tahun ini. Sebagian besar  inflasi dipicu karena harga pangan dan energi yang lebih tinggi.

Azour mengatakan negara-negara berpenghasilan rendah menghadapi tekanan yang meningkat karena tingkat ketahanan pangan yang lebih rendah dan ketergantungan yang besar pada impor dari Rusia dan Ukraina, keduanya produsen gandum utama.

Sudan dan Yaman termasuk di antara negara yang paling terpukul. Pasar negara berkembang dan negara berpenghasilan menengah, termasuk Mesir, Yordania dan Maroko, diperkirakan mencatat pertumbuhan PDB rata-rata 4,4 persen.

IMF memperingatkan bahwa pasar negara berkembang dan negara-negara berpenghasilan menengah menghadapi prospek yang memburuk. Ini mengingat kapasitas pemerintah mereka yang terbatas untuk mengatasi inflasi karena ketidakpastian geopolitik terus berlanjut.

Namun, Azour mengatakan bahwa lonjakan harga minyak mentah telah mendukung pemulihan ekonomi di negara-negara pengekspor minyak. "Ini telah memperparah pemulihan yang mereka saksikan tahun lalu berkat vaksinasi tingkat tinggi (melawan Covid-19) dan berbagai tindakan yang mereka ambil untuk mempercepat pemulihan," katanya kepada AFP.

Kondisi ini berlaku juga untuk  untuk Arab Saudi, ekonomi terbesar di dunia Arab dan pengekspor minyak terkemuka, yang PDB-nya diperkirakan akan tumbuh 7,6 persen pada tahun 2022.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya