Senin 09 May 2022 10:59 WIB

Saham Bank dan Teknologi Anjlok, IHSG Terpangkas Tiga Persen

Pelaku pasar merespons negatif kebijakan bank sentral AS, Federal Reserve (the Fed).

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ferry kisihandi
Pekerja membersihkan logo IDX di bawah layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/4/2022). Perdagangan IHSG ditutup menguat 32,15 poin atau 0,45 persen ke posisi 7.228,91 jelang libur panjang Lebaran 2022.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Pekerja membersihkan logo IDX di bawah layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/4/2022). Perdagangan IHSG ditutup menguat 32,15 poin atau 0,45 persen ke posisi 7.228,91 jelang libur panjang Lebaran 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tajam pada awal perdagangan, Senin (9/5). Dibuka pada level 7.154,92, IHSG terus terseret turun hingga terkoreksi 3,37 persen ke level 6.985,13. 

Penurunan IHSG disebabkan amblasnya saham-saham bank jumbo seperti BMRI terpangkas paling dalam sebesar 6,42 persen, diikuti BBRI turun 5,13 persen, BBCA turun 4,61 persen, dan BBNI terkoreksi 4,34 persen. 

Selain itu, saham teknologi juga melemah signifikan seperti BUKA dan GOTO yang kompak longsor hingga enam persen. Saham WIRG juga turun tajam sebesar 6,82 persen dan EMTK terpangkas 5,02 persen. 

Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan, pelaku pasar merespons negatif kebijakan bank sentral AS, Federal Reserve (the Fed), yang akhirnya resmi menaikkan suku bunga acuan. Kebijakan tersebut menimbulkan tekanan di pasar saham.

"Aksi jual di pasar saham dan obligasi dipicu kekhawatiran mengenai kemampuan the Fed menjinakkan inflasi dan pada saat yang sama mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang solid," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Senin (9/5). 

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS bertenor 10 tahun naik 6 bps menjadi 3,12 persen setelah sempat menyentuh 3,15 persen, tertinggi sejak 2018. Surat utang bertenor 10 tahun itu naik selama lima pekan beruntun dengan total hampir 75 bps. 

Menurut Phillip Sekuritas Indonesia, investor merasa cemas the Fed akan bertindak lebih agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Kecuali lonjakan inflasi dapat segera mereda, bank-bank sentral di dunia tidak punya pilihan lain selain memperlambat laju pertumbuhan ekonomi demi menekan tingkat inflasi dan.

Dari sisi makroekonomi, data memperlihatkan pertumbuhan pasar tenaga kerja AS di bulan April melebihi ekspektasi pasar. Hal ini mengindikasi ekonomi secara fundmental kuat meskipun pertumbuhan di kuartal I 2022 mengalami kontraksi.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah naik selama tiga hari beruntun dan mencatatkan kinerja positif selama dua pekan beruntun. Sinyal kelangkaan pasokan makin kuat seiring makin dekatnya Uni Eropa menjatuhkan sanksi atas minyak asal Rusia. 

Phillip Sekuritas Indonesia melihat IHSG berpotensi melemah pada perdagangan hari ini. Beberapa saham ini pun dapat dicermati secara teknikal.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement